Batubara Rendah Emisi – Sejauh ini, batubara masih terbukti menjadi sumber energi relatif cukup banyak dan dapat diterima serta paling murah di dunia. Batubara juga masih mampu memenuhi unsur untuk ketahanan energi nasional.
Namun saat ini batubara juga makin menjadi incaran dunia seiring dengan ketidakpastian pasokan minyak dan gas bumi akibat konflik Rusia-Ukraina.
Bahkan, sejumlah negara pengguna gas alam mulai mengambil ancang-ancang kembali memakai batubara.
Batubara dapat diolah menjadi briket sebagai pengganti minyak tanah. Briket dapat digunakan untuk memasak dan menghasilkan energi panas.
Batubara juga dapat diolah menjadi bahan bakar cair. Untuk itu batubara terlebih dulu diolah menjadi bubuk atau bongkahan, lalu dalam suhu tinggi dilarutkan sehingga menjadi minyak.
Minyak yang disebut Coal Water Mixture (CWM) ini mempunyai suspensi kental homogen dan stabil sehingga dapat digunakan sebagai pengganti BBM.
Batubara dapat diubah menjadi bahan bakar gas. Batubara yang masih terhimpun di dalam tanah mengandung gas alam.
Gas yang keluar langsung dapat diolah di tempat pertambangan menjadi bahan bakar gas (BBG).
BBG ini dapat digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga gas atau dapat juga diproduksi sebagai bahan bakar solar atau hidrogen.
Baca Juga: Dunia Beri Sanksi Ke Rusia, Nikel Indonesia Berkah
Hingga 4 Maret 2022, produksi batubara Indonesia mencapai 74,02 juta ton, setara dengan 11,16 persen dari target yang telah ditetapkan pemerintah yakni 663 juta ton hingga akhir tahun nanti.
Dari jumlah tersebut, 11,14 juta ton telah dijual ke pasar ekspor dan 18,24 juta ton lainnya untuk industri dalam negeri. Untuk pembangkit listrik serta kebutuhan industri seperti pupuk dan semen.