Perubahan lingkungan yang semakin hari mengancam kehidupan masyarakat membuat bangsa-bangsa berkomitmen untuk mengurangi kegiatan yang merusak lingkungan dengan melakukan pergeseran ke arah teknologi dan praktik perubahan, yang salah satunya melalui Climate Smart Mining (CSM).
Namun, untuk saat ini teknologi-teknologi ramah lingkungan masih memerlukan mineral sebagai bahan baku dalam jumlah yang tidak sedikit. Oleh karena itu, diperlukan penambangan dan daur ulang mineral yang lebih intensif.
Apalagi sejauh ini, teknologi-teknologi ramah lingkungan yang berkembang di dunia kebanyakan mengandalkan teknologi turbin angin, solar, dan baterai.
Untuk membangun turbin angin yang baik, dibutuhkan tembaga, baja, beton, aluminium, seng, molibdenum, dan logam tanah jarang.
Sedangkan untuk mendirikan teknologi panel surya, dibutuhkan kaca dalam jumlah yang besar, serta polimer, aluminium, silikon, tembaga, serta perak, timah, dan timbal dalam jumlah yang lebih sedikit.
Adapun untuk teknologi baterai, bahan bakunya berasal dari litium, kobalt, grafit, indium, vanadium, nikel, perak, neodymium, molibdenum, aluminium tembaga, dan mangan.
Sehingga dapat dibuktikan bahwa teknologi ramah lingkungan ini memang memerlukan banyak sekali hasil dari pertambangan. Atas dasar tantangan di atas diperlukan sebuah solusi dalam praktiknya.
Dalam pengertiannya, Climate-Smart Mining (CSM) merupakan suatu praktik yang mendukung ekstraksi pengolahan mineral dan logam yang berkelanjutan untuk menjamin pasokan teknologi energi bersih.
Implementasi CSM diklaim dapat meminimalkan jejak iklim dan material di sepanjang rantai nilai penggunaan teknologi yang meningkatkan bantuan teknis dan investasi pada negara berkembang.
Kendati demikian, penerapan CSM harus dilakukan melalui kerja sama pemerintah, mitra pengembangan, industri tambang, dan komunitas masyarakat.
Baca Juga: 4 Faktor Penentu Ketahanan Tambang di Masa Digitalisasi
Di samping itu, untuk mendukung keberhasilan CSM juga dibutuhkan tata kelola yang baik serta regulasi yang tepat.
Sinergi dan keterlibatan pemangku kepentingan dari berbagai bidang yaitu iklim, energi, dan pertambangan, juga diperlukan untuk memitigasi risiko yang bisa terjadi dalam memasok suplai mineral dengan stabil dan membatasi kerusakan lingkungan