Sebuah teknologi baru pencitraan radar satelit bernama Intermittent Small Baseline Subset (ISBAS) diciptakan oleh tim di Nottingham untuk memberikan informasi terperinci mengenai pemantau dan memperkirakan tingkat air bawah tanah serta perubahan kondisi geologi di bawah permukaan bumi bekas area tambang.
Berdasarkan makalah yang diterbitkan di jurnal Remote Sensing of Environment, para peneliti menjelaskan bahwa ketika tambang bawah tanah ditutup, air tanah yang sebelumnya dipompa ke permukaan agar kegiatan tambang menjadi aman, akan dibiarkan naik lagi sampai ke tingkat alaminya, dengan proses yang dinamakan rebound.
Teknologi ISBAS yang memanfaatkan lapisan citra satelit dari lokasi yang sama diambi setiap beberapa hari atau minggu, akan membantu memantau perubahan topografi sekecil apapun dari waktu ke waktu.
Tidak hanya itu, ISBAS juga bermanfaat untuk menghitung pengukuran deformasi lahan di daerah perkotaan maupun daerah terpencil sekalipun.
Sehingga sangat memudahkan untuk memantau lahan bekas tambang yang berada di wilayah terpelosok dan akses yang kurang memadai.
Baca Juga: Simak Cara Mendapatkan Izin Usaha Pertambangan!
Dengan cakupan spasial yang sangat lengkap dari data ISBAS inilah para peneliti bisa mengisi celah pengukuran antara lubang bor untuk pemantau dan memetakan air bawah tanah di seluruh area tambang.
Pemantauan dan pengukuran air bawah tanah tambang menggunakan ISBAS memungkinkan untuk menghemat biaya dan menggunakan metode yang sederhana untuk memodelkan rebound air bawah tanah dari perubahan pergerakan permukaan.
Teknologi ISBAS memperhitungkan geologi dan kedalaman air tanah untuk menentukan tingkat rebound yang sebenarnya dan membantu mengidentifikasi masalah yang mungkin terjadi saat proses rebound.