Pada perdagangan Selasa (29/11/2022), harga batubara kontrak Januari di pasar ICE Newcastle tercatat US$ 373,5 per ton.
Kenaikan harga ini membuat si pasir hitam sudah menguat sembilan hari secara beruntun. Selama sembilan hari tersebut, harga batubara sudah terbang 18,2 persen. Penguatan tersebut juga kembali mendekatkan harga batu bara kembali ke level psikologis US$ 400 per ton.
Harga batubara kembali melonjak menyusul kembali meningkatnya permintaan menjelang puncak musim dingin di Eropa. Di sisi lain, ada persoalan pasokan di negara penghasil batu bara seperti Indonesia dan Australia. Ketidakseimbangan ini membuat harga pasir hitam pun ikut terdongkrak.
Dilansir dari Montel News, permintaan dari Eropa diproyeksi akan meningkat karena suhu yang akan turun drastis dalam beberapa pekan ke depan.
Bahkan media Inggris, The Times melaporkan Inggris mengimpor batubara sebanyak 560.000 ton pada Oktober 2022, Jumlah tersebut naik 93 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Selain itu, pembangkit TSO Transnet BW di Jerman juga dilaporkan sudah memesan 180.000 ton batubara untuk persediaan dalam menghadapi musim dingin.
Sebagai informasi, mengutip Severe-weather.eu, suhu di wilayah Eropa bagian utara akan turun drastis pada Desember.
Situs tersebut juga memperkirakan suhu udara di Eropa akan lebih dingin daripada prakiraan sebelumnya menjelang Desember. Suhu di Berlin diperkirakan mencapai minus (-)3,5 derajat Celcius pada 3 Desember mendatang.
Suhu di kota-kota utama Eropa seperti Amsterdam, Helsinki, dan Stockholm juga akan jauh lebih dingin dibandingkan normalnya.
Suhu yang dingin dikhawatirkan akan meningkatkan penggunaan listrik sehingga pasokan energi akan terkuras. Storage gas di Eropa kini rata-rata berada di kisaran 95%. Pasokan tersebut diperkirakan akan terkuras cepat pada 10 hari ke depan.