Teknologi Gasifikasi Batubara Bawah Permukaan (Underground Coal Gasification, UCG) yang tengah dikembangkan oleh Badan Layanan Umum (BLU) Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara (Puslitbang Tekmira) Kementerian ESDM mulai dilirik Kementerian Batubara India.
Diharapkan implementasi teknologi UCG akan berkontribusi dalam menambah ketersediaan energi, konservasi sumberdaya alam dan pengurangan biaya energi. Juga mengurangi permasalahan lingkungan, mengoptimalkan pemanfaatan batubara yang tidak ekonomis dan sangat memungkinkan untuk menutupi kekurangan pasokan energi yang berasal dari minyak dan gas bumi (migas).
Karena kedua negara mempunyai kesamaan dalam proporsi cadangan energi fosil yaitu mempunyai cadangan batubara jauh lebih besar dibandingkan cadangan minyak dan gas. Maka teknologi ini cocok diterapkan di Indonesia maupun India.
Guna menindaklanjuti kerja sama ini, ditindaklanjuti dengan melakukan evaluasi dan membuat tahapan pengembangan UCG setelah Kementerian Batubara India mengirimkan data-data geologi terkait rencana lokasi UCG tersebut.
Teknologi UCG merupakan pemrosesan gasifikasi di bawah tanah melalui dua buah sumur bor. Satu sumur berfungsi sebagai media untuk injeksi udara/oksigen dan yang satu lagi berfungsi sebagai sumur produksi.
UCG akan mengekstrak dan mengkonversikan batubara di bawah permukaan menjadi synthesis gas (Syngas) secara in situ. UCG juga menghasilkan karbondioksida (CO2) sebagai bahan enhance oil recovery (EOR) dan syngas untuk berbagai keperluan seperti bahan kimia industri petrokimia (ammonia, metanol, dan sebagainya) dan pembuatan BBM/BBG sintetis dan bahan kimia industri.