Di tengah berjalannya era Revolusi Industri 4.0 masa kini, sektor mineral dan batubara (minerba) menghadapi sejumlah tantangan besar. Tantangan yang pertama adalah mengenai greenfield exploration.
Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yunus Saefulhak menerangkan, sektor minerba masih menghadapi tantangan terkait minimnya greenfield exploration dalam 10 tahun terakhir.
Hal ini disebabkan oleh investor yang lebih suka berinvestasi di Peru dan Chili.
Adanya hambatan mengenai regulasi yang tumpang tindih terutama terkait dengan biaya eksplorasi Indonesia yang hanya berkontribusi 1% dari biaya eksplorasi juga masih menjadi tantangan yang sektor minerba hadapi di era Revolusi 4.0.
Tantangan kedua yang dihadapi sektor minerba di era Revolusi 4.0 adalah mengenai peningkatan nilai tambah khususnya tembaga, logam tanah jarang, mangan, dan logam untuk industri baterai mobil listrik.
Yunus menjelaskan, Indonesia yang memiliki cadangan tembaga 10 terbesar di dunia bisa berperan penting dalam penyediaan bahan baku tembaga di dunia.
Baca Juga: Hubungan dan Kontribusi Industri Tambang terhadap SDGs 2030
Tidak hanya itu, cadangan nikel dan batubara yang dimiliki Indonesia juga sepatutnya bisa ditingkatkan nilai tambahnya di era Revolusi 4.0 ini.
Tantangan terakhir yang dihadapi sektor minerba adalah transformasi ke mining 4.0.
Saat ini Kementerian ESDM sedang membuka kesempatan seluas-luasnya bagi pihak swasta yang akan melakukan kegiatan eksplorasi melalui junior mining company dan diharapkan mampu mengembangkan kemandirian industri EV battery untuk kendaraan listrik.