Penggunaan teknologi berbasis energi bersih terus didorong dalam mengoptimalkan pemanfaatan batubara. Hal itu dilakukan agar pemanfaatan batubara bisa sejalan dengan langkah menekan penurunan emisi gas rumah kaca.
Berbagai teknologi bersih dalam pemanfaatan batubara seperti carbon capture, utilization, and storage (CCUS) harus terus didorong. Teknologi CCUS diyakini akan mengurangi emisi CO2 akibat pembakaran batubara.
CCUS mampu meningkatkan produksi migas melalui enhanced oil recovery [EOR] atau enhanced gas recovery [EGR], sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan.
CCS adalah kegiatan mengurangi emisi gas rumah kaca yang meliputi pemisahan dan penangkapan emisi karbon, pengangkutan emisi karbon tertangkap ke tempat penyimpanan maupun penyimpanan ke zona target injeksi dengan aman dan permanen.
Di kawasan Asia Tenggara, diproyeksikan teknologi CCUS berkontribusi mengurangi emisi kumulatif secara global lebih dari 10 persen di tahun 2050. Atau bahkan mencapai setidaknya 35 metrik ton (MT) CO2 pada tahun 2030 dan lebih dari 200 MT pada tahun 2050.
Namun melihat fakta di lapangan, penerapan teknologi bersih dalam pemanfaatan batubara masih mengalami sejumlah tantangan, yakni penguasaan teknologi dan menciptakan skala keekonomian.
Tantangan tersebut besar dan nyata, sehingga berbagai proyek hilirisasi batubara yang sudah dicanangkan sampai saat ini masih tersendat. Hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah agar bisa menyelesaikan tantangan ini demi menekan emisi karbon.