Di Industri pertambangan, untuk menemukan kandungan bahan tambang di dalam tanah atau untuk mengekstrak bijih biasanya memanfaatkan bahan peledak.
Metode yang biasa digunakan untuk peledakan adalah metode drill and blast, yaitu dengan cara menanamkan bahan peledak dalam jumlah tertentu di lubang pada batu untuk memperlebar lubang atau membuka rekahan pada lapisan batu tersebut.
Penggunaan peledak paling awal ditemukan pada abad ke-9 di Tiongkok. Orang Tiongkok membuat bahan peledak dengan mencampurkan saltpetre (potassium nitrate), sulfur dan arang. Campuran dikenal dengan nama bubuk mesiu (black powder).
Bahan peledak pada dasarnya adalah sebuah reaksi senyawa kimia. Ada dua jenis reaksi kimia dari bahan peledak, yaitu reaksi deflagrasi dan reaksi detonasi.
Reaksi kimia yang berbeda akan menentukan skala kekuatan ledakan bahan peledak tersebut.
Bahan peledak berdaya ringan (Low-order Explosives) bekerja melalui reaksi deflagrasi. Reaksi ini menghasilkan banyak gas residu dan pembakaran materialnya terjadi dalam kecepatan sub-sonik, namun tidak menghasilkan gelombang kejut yang dapat menimbulkan kerusakan.
Bahan peledak berdaya ledak tinggi (High-order Explosives) bekerja melalui reaksi detonasi. Reaksi ini menghasilkan gas bertemperatur dan bertekanan tinggi, yang terdorong menyebar dengan kecepatan supersonik dan menghasilkan gelombang kejut yang dapat menimbulkan kerusakan.
Sementara dari segi daya ledak, bahan peledak berdaya ledak tinggi terdiri dari tiga subkategori: peledak primer, peledak sekunder dan peledak tersier.
1). Bahan Peledak Primer
Bahan peledak primer tergolong kepada high-order explosives yang memerlukan pemicu untuk memantik ledakan.
Baca Juga: Tertarik Masuk Jurusan Pertambangan? Siapkan Soft Skills Ini
Bahan peledak primer sangat sensitif terhadap panas, gesekan, benturan dan aliran listrik statis. Contohnya, Mercury Fulminate dan PETN (Penta Erythritol Tetra Nitrate).
2). Bahan Peledak Sekunder
Bahan peledak sekunder cenderung sensitif terhadap panas dan akan terbakar dalam reaksi detonasi jika diledakkan dalam jumlah besar. Contohnya, dinamit.
3). Bahan Peledak Tersier
Sementara bahan peledak tersier adalah bahan peledak berdaya ledak rendah. Contohnya, amonium nitrat.
Dalam beberapa keadaan tertentu, bahan ini tidak digolongkan sebagai bahan peledak karena dibutuhkan energi ekstra untuk memicu reaksi detonasinya.