Teknologi Tambang Bawah Tanah – Industri pertambangan menjadi sangat diperlukan untuk mendukung industri lainnya, dan juga untuk tetap menjaga peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Sampai saat ini, produk tambang masih dibutuhkan untuk mendukung kehidupan modern dan untuk masa mendatang ke depannya.
Untuk itu, operasi tambang bawah tanah (underground mining) harus cepat diantisipasi oleh Indonesia dengan beradaptasi serta mengembangkan teknologi dan sumber daya manusia.
Karena tambang bawah tanah merupakan salah satu solusi untuk menambah jumlah cadangan mineral dan batubara ke depan.
Di Indonesia selama ini khususnya batubara ditambang dengan metode tambang terbuka.
Tambang terbuka memiliki kedalaman maksimal yang akan mencapai titik optimalnya, dan akan menentukan jumlah cadangan mineral dan batubara nasional.
Berdasarkan kajian teknis dan evaluasi ekonomi pada beberapa tambang terbuka menghasilkan rekomendasi batas maksimal tambang terbuka.
Pada kedalaman tertentu (kedalaman transisi), maka metode tambang terbuka harus diubah menjadi tambang bawah tanah. Maka Indonesia harus bersiap memasuki era tambang bawah tanah.
Semakin dalam sebuah tambang terbuka, maka semakin tidak menguntungkan secara ekonomis.
Karena semakin tinggi nisbah kupas (stripping ratio), yakni perbandingan antara jumlah lapisan tanah penutup dengan jumlah produk tambang yang dihasilkan.
Namun tantangan dalam tambang bahwa tanah tidak hanya terkait stripping ratio, tetapi juga keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan hidup [K3LH].
Baca Juga: 7 Kota Hantu Ini Dulunya Tambang, Tertarik Berkunjung?
Karena semakin dalam suatu bukaan tambang, maka tantangan teknis K3LH akan semakin tinggi.
Oleh karena itu, Indonesia harus cepat beradaptasi serta mengembangkan teknologi dan sumber daya manusia untuk menuju operasi tambang bawah tanah (underground mining).
Langkah ini diperlukan agar industri pertambangan Indonesia akan tetap dapat menjadi penopang pertumbuhan ekonomi nasional.