Harga batubara terus melesat dan menciptakan rekor baru akibat berlarutnya krisis energi di Eropa lantaran sentimen geopolitik global terkait dengan Perang Rusia-Ukraina yang dimulai pada Februari 2022 lalu.Â
Harga batubara per Rabu (14/9/2022) mencapai US$ 463 per ton. Apabila dihitung, kenaikan harga tersebut mencapai 160 persen dalam setahun terakhir.
Melesatnya harga mutiara hitam ini tentu memberikan keuntungan bagi Indonesia sebagai salah satu produsen batubara terbesar di dunia.
Dirjen Minerba Kementerian ESDM Ridwan Jamaluddin mengatakan hingga akhir Agustus 2022, realisasi penerimaan negara dari batubara mencapai Rp 91,47 triliun, atau lebih dari dua kali lipat dari target tahun ini sebesar Rp 42,36 triliun.
Melihat besarnya penerimaan negara dari kontribusi batubara, pemerintah semakin optimis bahwa perekonomian nasional tahun ini akan mencapai 5 hingga 6 persen terhadap PDB dibandingkan 2021 sebesar 4 hingga 5 persen PDB.
Diharapkan pula, dengan dana yang dihasilkan dari penggunaan batubara ini sedikit demi sedikit bisa mendukung penggunaan program energi lain.
Misalnya, batubara dapat berkontribusi terhadap penggunaan energi terbarukan seperti panel surya atau beberapa perusahaan batubara mendukung program kendaraan listrik.Â
Selain berkontribusi besar terhadap penerimaan negara, industri batubara juga turut menopang perekonomian daerah dan menciptakan lapangan kerja baru di sekitar area pertambangan.Â