Sejumlah kawasan bekas tambang di Bangka Belitung, kini mulai bertransformasi menjadi lahan hidup yang dikembangkan dalam konsep agrowisata.
Agrowisata mungkin belum terlalu populer. Dalam hal agrowisata, Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memadukan pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan.
Sebagai daerah penghasil bijih timah nomor dua di dunia, didukung dengan keindahan alam, sejarah, dan budaya bercirikan melayu nya, pemerintah melalui program reklamasi nya bekerjasama dengan perusahaan swasta menjadikan bekas tambang timah sebagai lokasi wisata yang dapat meningkatkan kunjungan wisatawan di bumi serumpun sebalai itu.Â
Kawasan agrowisata seluas 829 hektare ini kini ditanami dengan berbagai buah-buahan, lada putih, hortikultura, peternakan sapi, dan pengembangan budidaya ikan tawar yang dikelola masyarakat setempat.Â
Tidak hanya itu, Pemerintah Provinsi, Universitas Bangka Belitung, perusahaan swasta, serta kelompok sadar wisata juga akan bekerjasama untuk menjadikan lahan bekas tambang lainnya untuk tanaman hidroponik dengan kualitas dan nilai jual yang tinggi. Selain itu juga dilakukan penanaman mangrove yang juga menjadi objek wisata di pantai timur.
Pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan yang ada berkomitmen untuk menjadikan lahan bekas tamban di Bangka menjadi kawasan agrowisata untuk kegiatan pertanian dan wisata ramah lingkungan yang memberikan manfaat luas bagi masyarakat setempat.Â
Baca Juga: Bangka Belitung Ubah Bekas Tambang jadi Lahan Produktif!
Peran dan partisipasi pemerintah, perusahaan swasta, serta masyarakat dalam menjadikan lahan-lahan bekas tambang menjadi agrowisata sangat dibutuhkan.
Terlebih lagi, melihat potensi keindahan alam di Bangka Belitung, menjadikannya sangat mungkin untuk lahan bekas tambang lainnya dikembangkan menjadi kawasan agrowisata baru.Â
Dengan adanya kawasan agrowisata ini, memberikan manfaat baru yang memberi nilai tambah kepada masyarakat baik dari segi ekonomi, sosial, dan peningkatan daya saing daerah.Â