Fly Ash and Bottom Ash (FABA), yang lebih populer dengan sebutan limbah abu batubara, ternyata bukanlah sembarang limbah, melainkan kaya akan manfaat ekonomis lainnya yang berpotensi menjadi primadona baru dalam pengembangan industri nasional.
FABA sendiri merupakan produk sisa dari pembakaran batubara. Batubara yang dibakar itu menghasilkan produk sisa berupa material-material yang ‘terbang’ dan ‘terendapkan’, yang terbang disebut fly ash dan yang mengendap di bawah disebut bottom ash.
Limbah atau abu batubara tersebut memiliki manfaat ekonomis yang kini semakin menjadi tumpuan untuk mendukung pengembangan industri, termasuk industri alat berat misalnya di sektor pertahanan. FABA tidak hanya bisa dijadikan bahan paving-block atau batako, tetapi juga untuk industri-industri berat seperti bandara atau konstruksi lainnya.
Seperti yang diketahui, beberapa waktu lalu Presiden Joko Widodo juga telah menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang mengeluarkan abu batubara dari kategori limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Memang, di negara lain pun tidak ada yang mengkategorikan abu batubara sebagai limbah B3, namun sebagai limbah saja. Di negara lain, FABA telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi.