Burung kenari, burung kecil mungil ini selain memiliki suara khas yang berirama panjang juga telah menjadi penyelamat bagi para penambang. Kok bisa?
Pada zaman dahulu, para penambang khususnya di Inggris mengandalkan burung kenari untuk menjadi penyelamat hidup mereka karena kemampuannya untuk mendeteksi gas beracun di lokasi tambang.
Ide menggunakan burung kenari sebagai detektor gas beracun pertama kali diusulkan oleh John Haldane, seorang ahli fisiologi Skotlandia, menjelang akhir abad ke-19.
Haldane menyadari bahwa hewan kecil memiliki proses metabolisme lebih cepat dan itulah yang membuat mereka lebih cepat pula bereaksi terhadap racun.
Sensitivitas burung kenari terhadap gas karbon monoksida (CO) adalah cara bagi mereka menyelamatkan para penambang.
Memang survey pun membuktikan, bahwa dari hasil percobaan laboratorium hewan mamalia jika dibandingkan dengan kelinci, burung pipit dan merpati, ternyata burung kenari termasuk hewan peliharaan yang sensitif terhadap gas.
Karbon monoksida atau karbon dioksida yang sering muncul dari dalam terowongan tambang dapat membunuh burung kenari lebih cepat daripada manusia.
Tanda-tanda gas beracun ‘bocor’ terlihat dari burung kenari yang biasanya asyik menemani pekerja tambang bekerja, kemudian tiba-tiba perilakunya berubah drastis seperti macet bunyi bahkan mati.
Baca Juga: Ini Negara Pemilik ‘Harta Karun’ LTJ Terbesar di Dunia
Burung kenari yang bertindak sebagai sistem peringatan dini tersebut dan jika telah mati, maka semua penambang harus segera melarikan diri keluar dari lokasi tambang untuk mencari udara segar.
Meskipun praktek pemanfaatan burung kenari sebagai alat detektor gas beracun di Amerika dan Inggris sudah dihentikan sejak akhir abad 20, tetapi istilah dalam Bahasa Inggris “a canary in the coalmine” menjadi begitu mengakar dan ungkapan yang terkenal, digunakan untuk merujuk pada indikator awal potensi bahaya.