Untuk menentukan kualitas batubara, perlu dilakukan analisis kimia pada batubara di antaranya dengan analisis proximate dan analisis ultimate.
Mengingat, batubara sebagai bahan bakar memiliki nilai kalor yang tinggi. Nilai kalor inilah yang bervariasi, tergantung pada kadar abu, kadar air, dan jenis batubara-nya.
Jadi sebenarnya, bagaimana sih menganalisis batubara dengan analisis proximate dan analisis ultimate?
Analisis proximate adalah teknik yang digunakan untuk menganalisis kadar air, kadar debu, dan karbon tetap batubara, sedangkan analisis ultimate adalah teknik yang digunakan untuk menganalisis komposisi kimia batubara.Â
Analisis proximate batubara adalah proses penentuan keberadaan senyawa yang berbeda dan jumlahnya dalam batubara.
Analisis proximate batubara pertama kali dikembangkan oleh ilmuwan Jerman bernama Henneberg dan Stohmann pada tahun 1806.Â
Teknik analisis proximate melibatkan pembagian senyawa ke dalam kategori yang berbeda, tergantung pada sifat kimia senyawa tersebut.
Seperti kelembaban, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, dan ekstrak bebas nitrogen. Analisis ini menentukan kadar air, kadar abu, dan kadar karbon dalam batubara.Â
Sedangkan analisis ultimate batubara adalah proses penentuan berbagai unsur kimia yang ada dalam batubara. Teknik ini memungkinkan untuk mendapatkan hasil yang lebih komprehensif dibandingkan dengan proses analisis proximate.Â
Baca Juga : Dear Anak Tambang! Begini Cara Menilai Kualitas Batubara
Dalam teknik analisis ultimate, menguji kadar air, abu, karbon, hidrogen, nitrogen, sulfur, dan oksigen dari sampel untuk menentukan komposisi unsur dari sampel batubara. Analisis ini biasanya digunakan dalam industri batubara dan kokas.
Dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan kualitas dan menganalisis batubara, terdapat dua teknik analisis yang dapat dilakukan, yakni analisis proximate dan analisis ultimate.