ilmutambang.com – Pengamat Ekonomi dan Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmi Radhy memproyeksikan prospek energi pada tahun 2023 masih sangat bagus, terutama pada beberapa sumber energi yang menjadi andalan ekspor Indonesia seperti batubara.
Fahmi bahkan menyebut, selain batubara, hilirisasi barang tambang lain seperti nikel sampai bauksit memiliki potensi untuk meningkat di tahun ini.
“Bahkan ada peningkatan misalnya untuk batu bara, hilirisasi nikel dan bauksit serta hasil tambang lainnya ini masih ada kecenderungan meningkat yang akan menambah devisa negara,” ujar Fahmi, Selasa (10/1/2023).
Melihat hasil pengamatan yang telah Fahmi lakukan, baik hilirisasi dan permintaan barang tambang yang naik akibat dari kebutuhan global yang juga tinggi, di mana negara-negara Eropa tidak mendapatkan pasokan gas dari Rusia sehingga membuat mereka beralih kembali ke batubara.
Hal tersebut dapat terlihat selama perang Rusia dan Ukraina masih berlangsung, pasokan gas dari Rusia ke Eropa akan terhambat. Kejadian ini tentu mengakibatkan permintaan batubara dapat terus meningkat.
Selain permintaan global yang naik akibat perang Rusia-Ukraina, kebutuhan batubara di dalam negeri juga masih cukup besar. Hal tersebut dibuktikan dengan masih diterapkan domestic market obligation (DMO) dari Kementerian ESDM sebesar 20 persen.
Bahkan jika mengacu kepada peraturan Presiden terbaru terkait hilirisasi barang tambang, di tahun 2023 ini Presiden Jokowi memiliki rencana untuk mengolah ragam barang tambang agar memiliki nilai jual lebih, seperti gasifikasi batubara hingga hilirisasi nikel.
Melihat beberapa indikator di atas yang membuat prospek batubara akan positif di tahun ini, semoga juga dapat berimbas pada naiknya ekspor batubara Indonesia sehingga bisa menjadikan devisa negara surplus seperti tahun 2022 lalu.