ilmutambang.com – Sampai akhir November 2022 ini dapat dikatakan Pandemi Covid-19 masih belum selesai, bahkan tahun 2023 sudah diprediksi terjadi resesi ekonomi. Lantas bagaimana kondisi usaha seperti sektor tambang batubara?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Environment Engineer PT Geo Mining Berkah, Desri Hanifah mengatakan tidak dapat dipungkiri pandemi cukup memukul dunia pertambangan. Namun, secara umum sektor pertambangam masih dapat melenggang dan berkembang di tengah pandemi dan resesi.
Bahkan mengutip data Kementerian ESDM, hingga September 2022 penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor pertambangan mineral dan batubara (minerba) telah mencapai Rp 130 triliun.
Melihat penerimaan negara dari sektor minerba cukup signifikan, Desri juga memprediksi industri ini seharusnya bisa kebal terhadap ancaman resesi.
Terlebih, lanjutnya, permintaan yang tinggi tidak akan barang tambang mineral dan batubara (minerba) mempengaruhi industri ini. Selain itu, resesi juga menurut dia bisa jadi momentum bahwa Indonesia bisa menjadi negara maju.
“Bahwa sektor pertambangan tidak akan terpengaruh terlalu besar karena kita memiliki sumber daya yang beragam sehingga kita percaya diri bahwa akan aman dari resesi,” tambahnya.
Sebagaimana diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2022 tercatat tumbuh sebesar 5,72 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Roda ekonomi Indonesia melaju di tengah resesi yang melanda berbagai negara.
Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menuturkan beberapa sektor perekonomian bisa ebal dari resesi. Pasalnya, sektor-sektor perekonomian tersebut mencatatkan performa yang impresif, bahkan ada yang tumbuh hingga dobel digit.
Data BPS bahkan menyebut, penyumbang pendapatan negara kedua terbesar yaitu sektor pertambangan, yakni 13,47 persen.
Pertambangan batubara dan lignit tumbuh sebesar 9,41 persen, yang didorong oleh peningkatan permintaan dari luar negeri terhadap batubara, serta kenaikan harga batu bara yang signifikan.
Lebih lanjut, pertambangan bijih logam tumbuh sebesar 9,03 persen, yang didorong oleh meningkatnya produksi tembaga dan emas di distrik mineral Grasberg, Papua.
Selain itu, kenaikan juga dikarenakan adanya peningkatan permintaan dari luar negeri terutama untuk komoditas emas dan tembaga.
“Kenaikan harga batubara di tingkat global berdampak positif pada beberapa provinsi. Misalkan di Sumatera Selatan, sektor pertambangan memiliki share dalam ekonominya 25,88%, dan ini kalau kita hitung source of growth-nya pertambangan merupakan terbesar ketiga setelah perdagangan dan industri pengolahan,” kata Arfin.