Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia, dengan kuantitas produksi nikel yang mampu memenuhi 37 persen pasokan global. Sehingga Indonesia memiliki peluang besar menggarap sektor energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan.
Nikel merupakan salah satu dari 47 proyek hijau di Indonesia lainnya senilai US$11 miliar, termasuk di dalamnya pembangkit listrik dengan energi terbarukan. Yang menjadi bagian penting dalam proses transisi menuju energi hijau atau energi terbarukan. Mengingat permintaan energi terus tumbuh dan nilainya pun berpotensi terus meningkat juga.
Salah satu tantangan penting dalam pengembangan energi hijau, terutama terkait dengan kapasitas ekonomi, riset dan teknologi. Semua ini tidak dapat diatasi oleh satu negara saja, namun perlu kolaborasi, karena biayanya sangat mahal.
Tak hanya itu, Indonesia memiliki juga potensi besar untuk memproduksi energi terbarukan, dari tenaga surya, hidroelektrik, panas bumi, hingga energi angin.
Potensi tersebut membuat peluang investasi pada sektor energi hijau di Indonesia menjadi semakin menarik. Diperkirakan nilai ekonomi dari Ekonomi Hijau mencapai US$100-125 miliar.
Baca Juga: Siap-siap! Indonesia Kebanjiran Pesanan Batubara dari India
Sementara pemerintah Indonesia memiliki komitmen kuat untuk mendukung pengembangan energi bersih. Bahkan Indonesia telah menargetkan pemanfaatan energi baru dan terbarukan mencapai 23 persen pada pembangkit listrik pada 2025 nanti.
Misalnya pemanfaatan nikel, yaitu bahan baku vital baterai lithium-ion yang dibutuhkan bagi kendaraan listrik dan penyimpanan energi. Nikel juga merupakan kunci untuk energi hijau lain pada tahap berikutnya, seperti panel surya, hidrogen, maupun panas bumi.