Sejak abad ke-17, setrika mulai digunakan di negara-negara barat dengan bahan pemanas utama dari batubara dan arang.
Kemudian sekitar tahun 1870, setrika mulai disempurnakan bentuknya oleh seorang ibu rumah tangga yang berasal dari Iowa, Amerika Serikat bernama Mary Florence.
Dia kemudian menggunakan setrika untuk merapikan baju-baju yang telah ia jemur.
Alat ini digunakan dengan teknik pressing untuk membentuk bagian-bagian pakaian agar terlihat lebih baik.
Wajan kemudian didiamkan hingga panas, selanjutnya ditekankan ke pakaian yang akan digunakan.
Di Indonesia sendiri, setrika menggunakan bahan arang (bukan batubara) banyak digunakan dan dimiliki oleh sebagian besar orang walaupun mereka telah memiliki listrik.
Namun saat ini hampir semua orang orang telah memiliki setrika listrik dengan berbagai fitur baru yang canggih seperti pengatur suhu dan semprotan pelembut.
Sebagai sebuah peralatan rumah tangga yang dimiliki oleh semua orang, setrika ternyata memiliki sejarah yang sudah sangat panjang dengan berbagai perkembangannya.
Zaenuddin HM dalam bukunya yang berjudul Asal-usul Benda-benda di Sekitar Kita Tempoe Doeloe. Ia menjelaskan bahwa kata setrika sendiri berasal dari bahasa Belanda yaitu strijkijzer.
Arti dari kata tersebut adalah menghilangkan kerutan dari baju dengan alat yang dipanaskan.
Penggunaan setrika sendiri disebut mulai dikenal pada tahun 400 sebelum masehi oleh bangsa Yunani.
Baca Juga: Peneliti Berhasil Ubah Karbon Dioksida menjadi Batubara
Oleh bangsa Yunani, setrika malah digunakan untuk membuat lipatan-lipatan vertikal pada baju khusus yang digunakan pada ritual tertentu.
Bangsa Romawi juga disebut menggunakan sebuah benda yang mirip setrika dan diberi nama sebagai prelum.
Salah satu alat rumah tangga sehari-hari yang cukup penting dalam memperbaiki penampilan kita adalah setrika.