Jejak Sejarah Penambang Emas – Menurut Dr. Cyril A. Hromnik, seorang peneliti tentang Afrika Selatan dan Madagaskar, sekitar abad ke 1 sampai abad ke 10 Masehi, banyak pekerja yang dikirim kerajaan Bugis di Sulawesi Selatan (Sulsel) ke Afrika Selatan untuk dipekerjakan menjadi penambang di pertambangan emas bersama orang-orang India.
Menurut Prof. Dr. Andi Zainal Abidin Farid bahwa kerajaan tertua Bugis yang dimaksud Hromnik adalah Luwu. Berdasarkan temuan toponim Ampasimanjeva yang diperkirakan adalah bentuk bahasa Makassar “ampa sima jappa” yang berarti: “menarik biaya perjalanan.” Jadi diduga, di masa lalu, desa itu merupakan tempat tinggal para pemilik armada kapal.
Ampasimanjeva berada di distrik Manakara, yang identik dengan ungkapan “manakkara” dan sekarang menjadi slogan resmi pada lambang pemerintah kabupaten Mamuju.
Nama desa Manakara di Madagaskar terkesan memiliki keterkaitan yang erat dengan sejarah wilayah Mamuju/Mandar, yang sekarang menjadi provinsi Sulawesi Barat.
Baca Juga: Sektor Tambang Penyokong Utama Perekonomian Bangka Belitung
Keberadaan unsur toponim yang identik antara yang ada di pulau Sulawesi dan Madagaskar bukanlah hal yang mengejutkan karena bahasa yang digunakan masyarakat di kedua pulau, oleh para ahli linguistik telah disepakati teridentifikasi sebagai bagian dari pada rumpun bahasa bahasa Austronesia.
Sementara itu, penduduk di pantai Afrika Timur umum menggunakan Mtepe, yaitu jenis kapal penumpang yang cukup luas untuk mengangkut barang-barang menempuh jarak jauh.
Dari kemampuan Suku Bajun yang membuat kapal tersebut, disimpulkan mereka merupakan keturunan dari orang Bajo dari masa lampau.
Jika suku Bajun terkait dengan suku Bajo dari Indonesia, Suku Bugis dari Sulawesi memiliki peluang yang lebih besar untuk dihubungkan dengan bangsa Afrika/ Madagaskar.
Sehingga pemukiman Madagaskar memiliki akar dari Indonesia, yaitu di sekitar Sulawesi selatan, pulau Sunda Kecil dan Kalimantan bagian timur.