Penunaian hari puasa yang tinggal menghitung jam akan menjadi momen yang berbeda dan penuh dengan lika-liku bagi mereka yang menjalaninya di lokasi pertambangan. Pasalnya, berpuasa di tambang membutuhkan usaha yang lebih besar. Ini dikarenakan kondisi cuaca yang tak menentu dan mengharuskan para pekerja untuk tetap bertahan di lapangan.
Menurut pengakuan salah seorang pekerja tambang di Kalimantan, menjalankan ibadah puasa di areal tambang memang bukanlah hal yang mudah. Keadaan tanah yang menanjak dan terik matahari yang membakar menjadi perpaduan yang membutuhkan usaha keras untuk bisa melewatinya.
“Dunia tambang memang keras dan butuh survival instinct yang tinggi. Staf dituntut untuk bisa berpikir menyelesaikan masalah di lapangan dengan kondisi lingkungan yang ekstrem,” kata Ikramullah dalam ceritanya.
Sebagaimana dalam ketetapan yang dibuat, di bulan ramadan jam kerja para pekerja pertambangan akan dipersingkat hingga pukul 17.00 waktu setempat. Nantinya saat adzan berkumandang dan waktunya berbuka, di wilayah pertambangan akan diramaikan oleh para pekerja yang berkumpul.
Beberapa di antaranya biasanya akan berbondong-bondong untuk ke kantin untuk mengantar dan mengambil takjil, ada juga yang langsung makan , ada pula yang Shalat Maghrib terlebih dulu.
Baca Juga : Main ke Tambang Emas? Ini 6 Hal Menarik yang Akan Ditemukan
Bagi umat muslim yang selesai berbuka selanjutnya akan shalat Isya dan Tarawih berjemaah di masjid mess sembari mendengarkan ceramah yang disampaikan ustaz dari desa terdekat. Sedangkan jika sahur, suasananya akan terlihat lebih sepi karena tidak semua karyawan sahur di kantin. Selain itu, ada juga yang hanya minum air putih dan membeli menu makan sahur di tempat makan terdekat.