Bauksit adalah mineral yang mengandung aluminium, oksigen dan silikon. Bauksit banyak ditemukan di daerah tropis, seperti Indonesia. Bauksit merupakan bahan baku industri aluminium.
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil bauksit terbesar dunia. Pada 2020, Indonesia menghasilkan 13,1 juta ton bauksit, sementara pada 2021 menghasilkan sekitar 13,5 juta ton bauksit. Bauksit Indonesia terutama ditujukan untuk pasar ekspor China, Jepang dan Korea Selatan.
Pada 2020, jumlah cadangan bauksit Indonesia tercatat mencapai 1,2 miliar ton atau 4 persen dari cadangan bijih bauksit dunia yaitu sebesar 30,39 miliar ton. Sedangkan jumlah sumber daya bijih terukur bauksit Indonesia mencapai 1,7 miliar ton dan logam bauksit 640 juta ton, dan cadangan terbukti untuk bijih bauksit 821 juta ton dan logam bauksit 299 juta ton.
Sayangnya, bauksit belum dimanfaatkan Indonesia secara optimal, bahkan masih mengimpor aluminium sebanyak 748 ribu ton setiap tahunnya.
Melihat potensi bauksit yang cukup besar, seharusnya Indonesia tidak perlu mengimpor aluminium, apabila industri pengolahan (smelter) bauksit menjadi alumina hingga aluminium dibangun di sini.
Alumina adalah produk olahan hasil smelter bauksit dan merupakan bahan baku pembuat aluminium. Aluminium merupakan bahan baku bangunan dan konstruksi, peralatan mesin, transportasi, kelistrikan, kemasan, barang tahan lama dan lainnya.
Pada 2020 Indonesia tercatat mengimpor alumunium sebanyak 748 ribu ton per tahun, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang diperkirakan mencapai 1 juta ton.
Apabila Indonesia memiliki industri aluminium terintegrasi dari hulu tambang bauksit, smelter alumina dan smelter aluminium, bukan tidak mungkin target penerimaan negara sebanyak Rp1.000 triliun dari sektor industri pertambangan dapat terwujud.