Demi memanfaatkan lahan bekas galian tambang batubara seluas 25 hektar di Sawahlunto, Sumatera Barat, Yayasan Kehati membangun Taman Keanekaragaman Hayati atau Taman Kehati. Pembangunan taman di lokasi tersebut juga merupakan bagian dari perencanaan tata kota Pemerintah Kota Sawahlunto.
Taman yang diberi nama Taman Kehati Emil Salim ini selain akan digunakan sebagai tempat pencadangan sumber daya alam hayati lokal dan objek wisata, juga menjadi sistem penyangga tempat penelitian.
Dalam proses penyusunan master plan, konsultan bersama sejumlah pihak terkait di Sawahlunto menggali konsep pembangunan taman Kehati dari lahan bekas tambang.Â
Sejumlah tumbuhan yang akan ditanam dan dikembangkan di area taman ini melibatkan beberapa konsultan ahli vegetasi yang berasal dari Badan Riset dan Inovasi (BRIN).Â
Beberapa spesies lokal tumbuhan alami sebagai tumbuhan pioner di wilayah tersebut, di antaranya kelayu hitam (Arytera littoralis), kanderi (Bridelia monoica) dan paku hijau (Blechnum orientale).
Bahkan tim ahli juga berhasil menemukan spesies pohon hutan, seperti asam kandis (Garcinia xanthochymus), nyamplung (Calophyllum inophyllum) dan pohon kayu musang (Alangium ferrugineum),Â
Secara umum, spesies yang tumbuh spontan tanpa ditanam itu merupakan spesies asli di wilayah Sawahlunto. Â
Spesies-spesies tumbuhan yang ditemukan tersebut akan diperbanyak melalui nursery di Taman Kehati ini nantinya.
Baca Juga: Simak! Deretan Kota Penghasil Batubara Terbesar di Indonesia
Dalam pengelolaannya, Taman Kehati ini akan melibatkan Yayasan Kehati dan juga peran aktif masyarakat setempat. Bahkan, Pemkot Sawahlunto juga sudah menyiapkan kelompok masyarakat yang akan diberdayakan mengelola dan mengembangkan taman tersebut.Â