Emisi batubara bisa ditekan menggunakan inovasi teknologi pada proses transisi energi, sehingga target net zero emission pada 2060 tetap bisa dicapai.
Transisi energi merupakan proses panjang yang harus dilakukan oleh negara-negara di dunia untuk menekan emisi karbon.
Kesepakatan transisi energi tersebut bertujuan untuk menuju ke titik yang sama, yaitu pemanfaatan energi bersih.
Transisi energi menjadi salah satu isu prioritas pada Presidensi G20 Indonesia 2022, dengan fokus utama, yaitu akses, teknologi dan pendanaan.
Maka Pemerintah tengah melakukan pengurangan penggunaan batubara dengan menggunakan teknologi Carbon Capture, Utilization and Storage (CCS/CCUS), pengembangan Dimethyl ether (DME), pengganti elpiji, serta peningkatan nilai tambah mineral melalui hilirisasi di dalam negeri.
Jadi transisi energi tidak harus meniadakan batubara, sebaliknya dengan inovasi teknologi, emisi dari batubara bisa ditekan. Namun perlu memperhatikan pentingnya aspek keterjangkauan dan penguasaan teknologi juga tetap memperhatikan ekonomi sirkular.Â
Di samping itu dibutuhkan juga komitmen semua pemangku kepentingan agar program-program transisi energi yang berkelanjutan bisa berjalan sesuai target.
Misalnya, komitmen dan konsistensi pelaksanaan program manajemen karbon, yakni reklamasi, dekarbonisasi operasional tambang dan studi CCUS.
Juga eco mechanized mining dan e-mining reporting system. Pada program eco mechanized mining, perusahaan mengganti peralatan pertambangan yang menggunakan bahan bakar berbasis fosil menjadi elektrik.
Sementara itu pada program e-mining reporting system, memanfaatkan platform pelaporan produksi secara realtime dan online sehingga mampu meminimalisasi monitoring konvensional dengan kendaraan dan mengurangi penggunaan bahan bakar.
Pada akhirnya, proses transisi energi berkelanjutan justru akan meningkatkan kontribusi perusahaan dalam mendukung ketahanan energi nasional.