Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan penerapan teknologi Ultra Super-Critical (USC) untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara bertujuan menjadikan pembangkit yang ramah lingkungan serta USC juga sudah masuk dalam peta jalan penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dari sektor energi.
Kementerian ESDM juga menegaskan pentingnya pemasangan teknologi Ultra Super-critical (USC) pada PLTU yang berkapasitas besar.
Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Wanhar menyampaikan PLTU USC yang kini sedang dibangun antara lain PLTU Jawa 9 & 10, PLTU Jawa Tengah (Batang), dan PLTU Jawa 4 (Tanjung Jati B).
Kesemua PLTU USC yang sedang dibangun masing-masing sudah berstandar negara-negara maju dalam OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development).
“Bukan sebagai standar, tapi semacam roadmap (peta jalan) penggunaan PLTU di Indonesia,” kata Wanhar, Minggu (10/1/2021).
Sebelumnya Wanhar menjelaskan bahwa teknologi USC termasuk Clean Coal Technology (CCT) yang dapat menurunkan emisi Gas Rumah Kaca karena memiliki efisiensi sebesar 40 persen.
Baca Juga: Batubara Masih Menjadi Sumber Energi Efisien
Arti dari efisiensi 40 persen itu adalah kemampuan dari PLTU USC untuk mengkonversi sebanyak 40 persen dari setiap energi yang terkandung di dalam batubara yang digunakan oleh PLTU USC menjadi energi listrik (kWh).