ilmutambang.com – Harga batubara akhirnya merangkak naik setelah empat hari beruntun itu terus menurun. Â
Pada perdagangan Kamis (12/1/2023), harga batu kontrak Februari di pasar ICE Newcastle ditutup di angka US$ 342,9 per ton. Harga ini menguat 2,28 persen dibandingkan perdagangan hari sebelumnya, yaitu US$ 335,25 per ton.Â
Naiknya harga batubara ini akhirnya memutus rekor negatif si emas hitam yang sempat melemah sejak Jumat pekan lalu.
Menguatnya harga batubara ditopang oleh beberapa faktor, di antaranya yaitu prakiraan cuaca di Eropa yang akan jauh lebih dingin pada akhir Januari-Februari, ekspektasi kenaikan permintaan dari China, serta kebijakan impor India.
Mengutip situs Bloomberg, suhu udara di Inggris, Eropa Barat daya dan Eropa bagian Nordik diprediksi anjlok pada akhir Januari hingga Februari sehingga cuaca akan terasa lebih dingin.
Sejumlah analis bahkan memperkirakan, sebagian Eropa akan menghadapi “musim dingin yang sebenarnya” pada beberapa hari ke depan saja.Â
Eropa mengalami cuaca dingin ini diprediksi akan meningkatkan penggunaan pemanas ruangan sehingga permintaan listrik juga ikut naik. Kondisi ini membuat harga gas Eropa merangkak naik.
Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) menguat 2,24 persen sehari kemarin ke posisi 66,81 euro per mega-watt hour (MWh). Gas merupakan sumber energi alternatif bagi batubara sehingga harganya saling berpengaruh.
Pasokan gas menjadi isu penting bagi Eropa setelah Rusia memangkas pasokan gas ke kawasan tersebut tahun lalu.Saat ini, pasokan gas Eropa memang masih mencukupi tetapi jika suhu terus turun dan penggunaan listrik naik maka pasokan bisa menipis.
Selain prediksi musim dingin di Eropa, harga batubara juga menguat karena ditopang sentimen positif dari China. Permintaan batubara dari negara dengan penduduk terbanyak di dunia ini diharapkan meningkat setelah libur Hari Raya Tahun Baru atau Imlek akhir Januari mendatang.
Bukti permintaan batubara dari China meningkat diperkuat dari pernyataan Kementerian Kelistrikan China yang menyebut, pihaknya sudah meminta utilitas untuk mengimpor dan melakukan blending 6 persen batubara bara impor dan lokal.Â
Bahkan Pemerintah China juga menegaskan Impor harus segera dilakukan untuk mengantisipasi krisis listrik di negaranya.Â