Asteroid Ryugu Mirip Batubara Temuan Jepang Resmi Dirilis

Asteroid Ryugu Mirip Batubara Temuan Jepang Resmi Dirilis
Asteroid Ryugu Mirip Batubara Temuan Jepang Resmi Dirilis

ilmutambang.com – Secara resmi akhirnya ilmuwan Jepang merilis gambar penemuan sampel Asteroid Ryugu yang mirip batubara dan berasal dari asteroid yang jaraknya 9 juta kilometer dari bumi. Sebelumnya material ini telah tiba di bumi pada 5 Desember 2020 lalu.

Meskipun terlihat biasa saja, penampakan asteroid Ryugu dengan komposisi warna hitam yang menyerupai batubara serta penampakannya seperti kerikil memiliki pengaruh yang besar dalam ilmu pengetahuan dunia.

Menyitir laman Science Alert, sampel material asteroid Ryugu dikumpulkan oleh misi Hayabusa-2 Jepang. Misi ini berhasil mendapatkan banyak sampel diimpikan para astronom dengan beratnya sekitar 5,4 gram.

Baca Artikel  Tanaman Penambang Nikel Jadi Solusi Perbaiki Tanah Tambang

Adapun temuan material ini didapatkan di permukaan dan di bawah permukaan asteroid. Di mana diperkirakan material asteroid tersebut berumur 4,5 tahun atau sama dengan usia tata Tata Surya awal. Selain itu, sampel ini juga mengandung material kuno yang pernah membentuk Matahari dan planet lain yang mengorbitnya.

Dalam tampilan lainnya, permukaan Ryugu yang tampak luar biasa kering dengan warna merah membuat ahli turut mengira jika Ryugu pernah terbang lebih dekat ke Matahari.

Dalam langkah selanjutnya, para ilmuwan sudah mulai melakukan proses analisis sampel Ryugu, termasuk sampel gas yang diperkirakan terkumpul dari permukaan asteroid. Untuk sementara waktu, material temuan ini akan menjadi sampel gas pertama di dunia yang didapat dari luar angkasa.

Baca Artikel  Nasib Industri Batubara di Era Net Zero Emission

Sebagai informasi, Ryugu sendiri merupakan asteroid tipe C yang berarti batuannya sangat berpori dan mengandung banyak karbon dan air. Para astronom menduga asteroid terbentuk miliaran tahun yang lalu di suatu tempat di sabuk asteroid antara Mars dan Jupiter.

Apabila tidak adanya perlindungan kapsul yang dibuat manusia, banyak dari bahan tersebut hancur atau terkontaminasi oleh atmosfer saat memasuki Bumi. Belum lagi pelapukan maupun alterasi yang terjadi setelah bebatuan menyentuh tanah.