Senin, Oktober 7, 2024
Berita TambangBiosolubilisasi: Teknologi Pencairan Batubara Ramah Lingkungan

Biosolubilisasi: Teknologi Pencairan Batubara Ramah Lingkungan

Teknologi Pencairan Batubara – Ketika Afrika Selatan mengalami embargo minyak dan gas sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minyak dan gasnya, pemerintahnya dengan sigap mengembangkan teknologi pencairan batubara termal (likuifaksi) melalui proses Fischer-Tropsch atau SASOL (South Africa Synthetic Oil Liquid).

 

Lihat postingan ini di Instagram

 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Ilmu Tambang (@ilmutambang.id)

Berkaca dari situ, Indonesia dengan potensi batubara yang cukup melimpah juga perlu mengembangan teknologi pengolahan batubara sebagai sumber energi.

Cadangan batubara dunia mencapai 891.530 juta ton, cadangan terbesar terdapat di Amerika Serikat, Rusia dan Cina.

Sedangkan Indonesia memiliki cadangan sebesar 28.017 juta ton dengan produksi 353,3 juta ton per tahun.

Baca Artikel  Batubara Dipensiunkan? Teknologi ini Bisa Jadi Solusi Nih

Bahkan, pada tahun 2011 Indonesia menyalip Australia sebagai negara pengekspor batubara terbesar, dengan ekspor mencapai 300 juta ton per tahun.

Di samping SASOL, ada metode lain dalam pencairan batubara, yaitu dengan cara biologis dan dikenal dengan biosolubilisasi.

Teknologi biosolubilisasi ini dinilai memiliki kelebihan, yaitu lebih ramah lingkungan, lebih murah dan tidak banyak membutuhkan energi eksternal.

Baca Juga: Kembali Menguat, Harga Batubara Naik 2,64%

Proses biosolubilisasi batubara dengan menggunakan metode fermentasi solid state, yaitu dengan menaburkan jamur pada batubara yang telah dihaluskan.

Hasil utama dari proses biologis ini adalah asam humat yang kemudian difraksinasi sehingga menghasilkan fraksi-fraksi yang setara dengan bahan bakar cair, seperti bensin, solar dan sebagainya.

Baca Artikel  Batubara Dipensiunkan? Teknologi ini Bisa Jadi Solusi Nih

Proses pengembangan metode ini berawal dari usaha pengidentifikasian jenis organisme pada batubara dengan melakukan isolasi pada beberapa sampel batubara yang berada pada lapisan yang berbeda. Kemudian dilakukan pengurutan DNA sehingga diperoleh informasi genetik dari organisme yang terdapat pada batubara.

Berdasarkan informasi tersebut, lalu dikembangkan organisme yang cocok untuk proses pencairan batubara secara biologis ini. Salah satu organisme yang memiliki potensi tinggi dalam biosolubilisasi batubara adalah jamur Trichoderma sp.

Selain itu, penelitian juga dilakukan dengan meradiasikan batubara sebelum proses biosolubilisasi, agar ikatan-ikatan kompleksnya terdegradasi, sehingga mempermudah proses degradasi oleh organisme.

Rencana ke depannya, proses biosolubilisasi ini dapat diaplikasikan langsung di tambang batubara sehingga dapat sekaligus menghasilkan bahan bakar cair.

Baca Artikel  Batubara Dipensiunkan? Teknologi ini Bisa Jadi Solusi Nih

Mungkin kalian suka baca :

Artikel Terbaru

Artikel Populer