Co-Firing Biomassa di PLTU Percepat Transisi Energi

Co-Firing Biomassa di PLTU Percepat Transisi Energi
Co-Firing Biomassa di PLTU Percepat Transisi Energi

Pemanfaatan teknologi pencampuran bahan bakar (co-firing) batubara dengan limbah biomassa di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) akan mempercepat transisi energi di Indonesia.

Pemanfaatan) teknologi co-firing ini akan mempercepat komitmen Indonesia mengenai target net zero emission (NZE) pada 2060. Sementara PLTU merupakan salah satu penyumbang emisi CO2 terbesar.

Teknologi co-firing ini memanfaatkan limbah biomassa sebagai substitusi parsial batubara untuk dibakar di boiler pembangkit listrik. Sedangkan biomassa dapat diperoleh dari beragam bahan baku seperti limbah hutan, perkebunan, atau pertanian. Pemanfaatan limbah biomassa dapat mengurangi emisi metana yang disebabkan oleh degradasi limbah biomassa itu sendiri.

Potensi biomassa di Indonesia untuk bahan baku co-firing cukup menjanjikan. Limbah dari hutan memiliki potensi sebesar 991 ribu ton (eksisting), serbuk gergaji 2,4 juta ton, serpihan kayu 789 ribu ton, cangkang sawit 12,8 juta ton, sekam padi 10 juta ton, tandan buah kosong 47,1 juta ton dan sampah rumah tangga 68,5 juta ton.

Baca Artikel  Teknologi USC Untuk PLTU Batubara Ramah Lingkungan

Baca Lainnya 3.000 Pelaku UMKM Manfaatkan FABA untuk Keperluan Sehari-hari

Untuk itu pemerintah sedang merampungkan Standar Nasional Indonesia (SNI) pelet biomassa untuk pembangkit listrik. Namun ada kendala, yaitu masalah teknis pada boiler pembangkit listrik dan feeding equipment yang disebabkan oleh perbedaan karakteristik batubara dan biomassa.

Maka salah satu solusinya adalah mengintegrasikan co-firing biomassa dengan teknologi pirolisis, yang mampu menghasilkan arang biomassa yang memiliki karakteristik hampir sama dengan batubara.