Nikel Indonesia – Sanksi Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara-negara di dunia ke Rusia akan menghambat ekspor nikel negara beruang merah tersebut.
Sebagian negara sudah mengeluarkan Rusia dari sistem pembayaran internasional SWIFT dan sejumlah perusahaan tambang sudah angkat kaki dari Rusia, sehingga pembiayaan penambangan nikel di Rusia menurun drastis.
Impor nikel Rusia ke AS sebesar US$118 juta per tahun, akibatnya perusahaan elektronik dan otomotif AS tentu akan mencari sumber nikel lain.
Memang Rusia mencoba melakukan ekspor lewat China. Namun, jalur tersebut terhitung panjang. Hal itu justru akan menjadi peluang bagi nikel RI untuk dapat menembus pasar AS dan Eropa.
Selain itu, terdapat beberapa tantangan bagi nikel Indonesia, yaitu belum memenuhi standar Environment, Social dan Governance (ESG).
Sementara nikel Australia sebagian besar sudah memenuhi standar ESG. Sehingga Australia menjadi pesaing terberat Indonesia.
Biaya pengiriman di Indonesia masih relatif tinggi, yakni 23,5 persen dari PDB. Sehingga akan mempengaruhi daya saing harga nikel.
Baca Juga: Ekspor Rusia Terganggu, Tiongkok Impor Batubara Indonesia
Meskipun cadangan bijih nikel RI mencapai 3,74 miliar wet metric ton (WMT), tapi tidak semua kualitas nikel yang dihasilkan Indonesia mampu menggantikan kualitas nikel asal Rusia.
Produsen nikel Indonesia belum sepenuhnya siap mengekspor nikel secara besar-besaran, karena nikel RI sendiri masih fokus pada pemenuhan DMO untuk keperluan industri baterai yang sedang dikembangkan.