ilmutambang.com – Pada Senin (24/01/2022), Presiden RI Joko Widodo meletakan batu pertama proyek hilirisasi batubara menjadi dimetil eter (DME) di Kawasan Industri Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan.
Proyek hilirisasi ini merupakan kerja sama antara PT Bukit Asam (PTBA), PT Pertamina bersama investor asal Amerika Serikat, Air Products. Proyek dengan nilai investasi sebesar Rp 33 triliun tersebut akan dikerjakan dalam waktu 30 bulan.
Investasi ini juga dapat membuka lapangan kerja dalam jumlah besar, mulai dari tahapan konstruksi hingga saat beroperasi nantinya dan akan mengedepankan penggunaan tenaga kerja dalam negeri.
Proyek ini diprediksi akan membutuhkan 12-13 ribu pekerja di bidang konstruksi yang dilakukan oleh Air Products. Kemudian kurang lebih sekitar 11-12 ribu pekerja dilakukan di hilir oleh Pertamina, ditambah lagi pada saat berproduksi, lapangan pekerjaan tetap sekitar 3 ribu, dengan multiplier effect sampai 3-4 kali lipat dari yang ada.
Di samping itu, melalui gasifikasi batubara tersebut Indonesia dapat memperbaiki neraca perdagangan karena mengurangi impor LPG.
Rata-rata impor LPG Indonesia dalam setahun menjadi 6-7 juta metrik ton, artinya menghemat sekitar Rp6-7 triliun untuk setiap tonnya. Melihat prospek yang positif dari proyek ini, jadi tidak ada alasan lagi untuk menolak program hilirisasi yang menghasilkan substitusi impor.
Oleh sebab itu, proyek hilirisasi demi kelestarian lingkungan dan keberlangsungan industri tambang itu akan menekan impor dan meningkatkan posisi tawar energi Indonesia, di samping membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar tambang.