ilmutambang.com – Kenaikan harga batubara tidak dapat terbendung dan telah menyentuh titik tertinggi dalam empat bulan terakhir. Hal ini lantaran lonjakan permintaan batubara dari China.
Pada perdagangan Rabu (20/9/2023) harga batubara ICE Newcastle kontrak Oktober ditutup menguat 0,3 persen berada di posisi US$168,25 per ton. Kenaikan perdagangan kemarin telah menembus level tertinggi sebelumnya pada Rabu pekan lalu (13/9/2023), yang berada di US$167,75 per ton.
Kenaikkan kali ini menjadikan kinerja batubara September cemerlang menguat 6,15 persen, melanjutkan kenaikan pada Agustus yang mampu mencapai 12,49 persen atau yang tertinggi sepanjang 2023.
Hal tersebut tentu saja tidak dapat dilepaskan dari sentimen China sebagai produsen dan konsumen batubara terbesar dunia. Memang China sedang membangun pembangkit listrik batubara yang memiliki kapasitas dua pertiga listrik dunia.
Namun penggerak harga itu lebih disebabkan oleh lonjakan permintaan menjelang libur panjang di China, yang akan dimulai pada 29 September mendatang.
Sementara India sebagai pengguna batubara terbesar kedua konsisten peningkatan penggunaan batubara setiap tahunnya. India menambah 25-30 gigawatt (GW) pembangkit listrik termal, selain 49 GW unit berbasis batubara yang sedang dibangun. Sedangkan batubara Indonesia mengalami lonjakan permintaan, di tengah keterbatasan kargo kapal.
Sampai Kamis (21/9/2023), produksi batubara Indonesia sudah menembus 529,05 juta ton atau 76,18 persen dari target produksi batu bara tahun ini yang mencapai 694,5 juta ton. Penjualan batubara dari Indonesia sudah menembus 434,37 juta ton atau mencapai 62,54 persen dari target penjualan pada 2023 ini.
Faktor penyebab kenaikan harga batubara sebenarnya cukup berasal dari kebutuhan negara-negara besar Asia saja. Terutama China dan India, karena negara-negara di Eropa dan Amerika sedang sibuk mengurus pengurangan emisi karbon.