ilmutambang.com – Selama tiga hari perdagangan beruntun, harga batubara terus merangkak naik. Salah satu faktor kenaikan batubara datang dari kekhawatiran musim dingin Eropa yang butuh energi lebih untuk menghangatkan ruangan. Biasanya, Penghangat ruangan relatif mengkonsumsi listrik yang lebih besar dibanding pendingin ruangan.
Merujuk pada Refinitiv, harga batubara ICE Newcastle kontrak Januari ditutup di posisi US$135,25 per ton atau melonjak 0,52 persen pada perdagangan Senin (4/12/2023). Angka tersebut merupakan harga tertinggi sejak 23 Oktober 2023 atau rekor tertingginya dalam 1,5 bulan terakhir.
Selain faktor dari Eropa, sentimen kenaikan tipis harga batubara terjadi seiring permintaan batubara thermal yang stabil dari pembangkit listrik Tiongkok. Melansir S&P Global Commodity Insights, stabilnya permintaan terjadi di tengah penurunan suhu dan belum terlihatnya lonjakan permintaan untuk mempersiapkan musim dingin.
Selain itu, beberapa pedagang batubara Tiongkok diperkirakan akan menunda pembelian dengan harapan akan terjadi penurunan harga. Apabila melihat hukum ekonomi, pada dasarnya semakin tinggi permintaan tentu dapat mendorong kenaikan harga begitu juga sebaliknya.
Hal serupa juga terjadi pada negara konsumen dan importir batu bara terbesar kedua dunia yaitu India. Pembeli India diperkirakan akan mengikuti pedagang Tiongkok, yang akan membatasi impor spot ke negara Asia Selatan.
Sudah menjadi siklus tahunan, musim dingin di belahan bumi utara erat kaitannya dengan kenaikan harga batubara, seperti yang telah terjadi beberapa tahun sebelumnya.