Supaya Indonesia memiliki nilai tambah di sektor pertambangan, maka hilirisasi industri pertambangan menjadi sebuah keniscayaan.
Sampai saat ini, ekspor hasil tambang yang dilakukan oleh Indonesia, baik nikel, emas ataupun tembaga, semuanya masih dalam keadaan mentah.
Untuk itu, pemerintah mendorong perusahaan-perusahaan supaya melakukan pengolahan barang tambang mentah menjadi barang jadi, dan setengah jadi untuk meningkatkan nilai tambah dari bahan mentah tersebut.
Salah satu contoh hilirisasi yang menguntungkan adalah dengan membangun smelter batubara. Melalui adanya smelter ini, batubara bisa diproses misalnya menjadi sintesis gas untuk produk-produk petrokimia, ditingkatkan nilai kalorinya sehingga dapat digunakan untuk industri-industri baja.
Petrokimia dari hasil gasifikasi batubara juga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan gas bagi rumah tangga.
Selain batubara, dengan adanya hilirisasi barang tambang lain seperti mineral, tembaga, nikel, emas, timah, bauksit dan juga alumunium, semuanya bisa menjadi bahan baku industri berat yang bisa dioptimalkan pemanfaatannya di dalam negeri.
Baca Juga : Ini Alasan BLU Subsidi Batubara Penting untuk Industri
Tidak hanya akan memberikan pertambahan nilai ekspor bagi barang tambang, adanya hilirisasi juga menambah penyerapan tenaga kerja lokal. Salah satu contohnya yaitu dengan proyek smelter Gresik, kini telah menyerap sebanyak 3,000 lebih tenaga kerja lokal dari Jawa Timur.
Selain itu, tumbuhnya sektor industri hilirisasi akan menghasilkan multiplier effect bagi hidupnya usaha mikro, kecil dan menengah di area smelter.