Indonesia Siap Genjot Ekspor Batubara ke Malaysia

Beberapa waktu lalu, Indonesia sepakat untuk meningkatkan ekspor energi ke negeri Jiran Malaysia. Salah satu komoditas yang akan diekspor adalah batubara. 

Malaysia sudah sejak lama menjadi salah satu mitra dagang utama Indonesia, tidak terkecuali untuk sektor energi. Malaysia sebagai negara tetangga terdekat, merupakan tujuan ekspor dari produk energi Indonesia khususnya batubara. Untuk itu, hubungan dagang dengan Malaysia harus makin dipererat di masa yang akan depan. 

Indonesia tentu akan berupaya menjaga hubungan baik tersebut dan meningkatkan ekspor batubara ke Malaysia. Namun, tentu dengan tetap mempertimbangkan prioritas utama kebutuhan dalam negeri terlebih dahulu.

Malaysia merupakan tujuan ekspor berbagai produk non-migas unggulan Indonesia. Pada 2021, nilai ekspor Indonesia ke Malaysia menunjukkan nilai yang menggembirakan. Ekspor nonmigas Indonesia tercatat sebesar USD10,64 miliar atau tumbuh 52,65 persen dibanding pada 2020.

Sementara itu surplus perdagangan antara Indonesia Malaysia tersebut masih dapat terus ditingkatkan. Pada 2021, Indonesia mencapai surplus perdagangan dengan Malaysia sebesar USD2,56 miliar. 

Capaian tersebut merupakan sinyal positif dari kinerja perdagangan Indonesia. Neraca Indonesia terus mengalami surplus, bahkan melonjak 119,2 persen pada 2021 dibandingkan tahun sebelumnya.

Baca Juga: Ekspor Rusia Terganggu, Tiongkok Impor Batubara Indonesia

Berbagai tantangan muncul terutama imbas dari konflik Rusia dan Ukraina. Akibatnya saat ini, sektor energi tengah menghadapi kendala, namun hal ini justru dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk mengisi kekosongan di sektor energi, khususnya batubara ke Malaysia. 

Kontribusi Indonesia dalam memenuhi kebutuhan energi di Malaysia sangat besar. sehingga hal ini menjadi pendorong bagi Indonesia untuk tetap menjaga neraca perdagangan tetap surplus dengan Malaysia.

Indonesia merupakan negara pengekspor batubara terbesar bagi Malaysia. Pada 2021, Malaysia mengimpor batubara sebanyak RM16,6 miliar dengan 73,8 persennya berasal dari Indonesia.