ilmutambang.com – Salah satu perusahaan tambang emas di Papua, yaitu PT Freeport Indonesia terus memacu teknologi pertambangan, khususnya tambang bawah tanah. Dengan tujuan utamanya yaitu memitigasi risiko keselamatan kerja di lingkungan ekstrem tersebut.
Setelah 45 tahun menambang di permukaan, mulai 2019 perusahaan tersebut beralih sepenuhnya ke tambang bawah tanah. Perubahan tersebut memberi tantangan yang lebih berat, yaitu bagaimana menambang di ketinggian 3.000 meter dari permukaan laut, namun di kedalaman hingga 1,5 kilometer menembus perut gunung secara aman.
Penambangan bawah tanah memang memiliki risiko tinggi, yaitu lumpur basah, longsor, gas beracun, hingga debu tambang. Namun sejak memulai melakukan tambang bawah tanah, PTFI telah menggunakan teknologi yang dapat menekan risiko keselamatan kerja di titik-titik rawan tersebut.Â
Salah satu langkah yang dilakukan yaitu dengan menggantikan peran manusia yang mengoperasikan alat-alat berat secara langsung di lokasi penambangan dengan alat-alat berat yang dikendalikan dari jauh.
PT FI telah mengkonversi beberapa peralatan produksi dari sistem manual ke sistem kendali jarak jauh, atau digitalisasi agar dapat secara kontinu menambang di titik tersebut.
Alat tersebut antara lain kendaraan pengangkut materi batuan yang mengandung bijih mineral setelah diledakkan, serta ada juga rock breaker atau mesin penghancur batuan.
Semua peralatan tersebut dikendalikan oleh operator dari kantor melalui jaringan serat optik dan sinyal Wi-Fi yang terhubung dengan konsol dan layar. Perangkat tersebut adalah Minegem, wujudnya seperti perangkat permainan gim video.
Pada 1 September 2022 lalu, teknologi otomasi tambang bawah tanah PTFI diperkuat dengan jaringan 5G. Teknologi 5G memiliki keunggulan dari sisi kecepatan, kekuatan sinyal, latensi, keamanan data dan kecerdasan perangkat.Â
Teknologi 5G juga dapat memonitor dan mencegah risiko kecelakaan kerja melalui optimalisasi penggunaan kamera yang terhubung dengan kecerdasan buatan.
Teknologi ini sudah diterapkan oleh perusahaan-perusahaan tambang di Amerika Serikat, China, Swedia dan Rusia. Hasilnya dapat meningkatkan produktivitas sampai 25 persen, biaya operasional turun sampai 40 persen dan penghematan energi sebesar 20 persen.
Tentu saja teknologi ini akan terus disempurnakan, masa depan penambangan bawah tanah pun bisa berkelanjutan. Untuk ke depannya, semoga industri penambangan bawah tanah Indonesia lebih produktif, aman dan dapat tetap menjaga lingkungan ya Kawan.Â