Masagus Ahmad Azizi, sebagai Ketua Bidang Keprofesian Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), mengatakan pihaknya ingin memberi edukasi ke generasi millennial terkait 3 fakta pertambangan di Indonesia.
“Harapan kami ya, sebanyak mungkin anak-anak muda kami mengenal semua pertambangan di Indonesia. Harus ya!,” kata Masagus di Gedung D Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Serpong, Tangerang, Banten.
Bidang pertambangan menjadi semakin dikenal belakangan karena Kalimantan, yang sebentar lagi menjadi ibu kota, dipenuhi dengan area pertambangan.
Apa saja nih yang kamu tahu soal pertambangan? Yuk simak penjelasan berikut, seputar 3 fakta pertambangan di Indonesia yang perlu kamu tahu!
- Jangan Hanya Menceritakan Kejelekan Tambang
Masagus melanjutkan, generasi muda juga jangan hanya menceritakan kejelekan soal tambang.
Hal-hal baik kata Masagus, juga harus diceritakan. Agar anak-anak muda semakin mengenal tambang di Indonesia, pihaknya akan menginisiasi sebuah program layaknya program Student Paper Contest.
- Ada Program Sekolah Online Bidang Tambang
Di tempat yang sama, Ketua Bidang Knowledge Sharing Perpahi, Dr. Stephanie Saing menuturkan, pihaknya juga telah menyediakan sekolah online tambang.
“Sekolah online tambang, untuk mahasiswa, untuk profesional, untuk publik. Free, Dari Perhapi kita sendiri kita sangat welcome, kita ready,” kata Stephanie.
- Proses Pengenalan Tambang Ke Masyarakat Butuh Waktu
Stephanie menambahkan, jika pertambangan akan masuk ke suatu daerah, terkadang memang mengalami penolakan dari pihak-pihak tertentu.
“Itu kita tidak bisa sebut masyarakat semuanya. Pada dasarnya kita usut-usut pengalaman dan teman teman saya, itu oknum (yang menolak),” ujar Stephanie.
“Jadi Suka nggak suka, tambang ngga lancar penerimaannya nggak hanya di Indonesia Hampir di negeri lain juga sama, meski government pro (pertambangan),” sambungnya.
Baca Juga: Produksi Batubara RI Capai 558 Juta Ton pada 2020
Dalam melakukan pendekatan kepada masyarakat, pihaknya akan melibatkan seluruh warga lokal.
Pihaknya juga berupaya memahami psikologi dan pendekatan secara personal, pada masing-masing suku. “Karena tiap daerah pendekatannya beda-beda. Trik triknya beda,” tambah Stephanie.