Pekan lalu (8/4/2022) harga batubara terus meroket menjadi 18,8% dan diperkirakan masih akan terus terbang pada pekan ini dan melewati level US$ 300 per ton.
Pada perdagangan Jumat (1/4/2022), harga batubara ditutup menguat 4,2% di US$ 299,5 per ton, ini yang tertinggi sejak 15 Maret (US$ 303,35 per ton).
Sejak awal bulan, harga batubara selalu berada dalam tren penguatan, kecuali pada 7 April lalu sempat melemah 1,85%.
Secara keseluruhan, sepekan lalu harga batubara melonjak 18,8%, namun selama setahun harganya sudah melejit 250,3%.
Harga batubara yang terus meroket tersebut dipicu karena keputusan Uni Eropa yang akan menghentikan impor batubara dari Rusia mulai pertengahan Agustus tahun ini. Kemudian Jepang ikut menyusul langkah tersebut dengan mengumumkan larangan impor batubara dari Rusia.
Jepang merupakan importir batubara terbesar di dunia setelah China dan India. Rusia memasok 11% kebutuhan impor batubara Jepang. Pasokan Rusia hanya kalah dari Australia (60%) dan Indonesia (13%).
Baca Juga: Teknologi DNi, Ekstraksi Pengolahan Nikel Pertama di Indonesia
Saat ini Jepang dikabarkan tengah menjajaki sejumlah negara termasuk Indonesia untuk pasokan batubara yang ditinggalkan Rusia.
Larangan impor batubara Rusia tentu saja akan membuat persaingan untuk mendapatkan pemasok baru semakin ketat, sehingga harga batubara diperkirakan akan tetap melambung pekan ini.
Diperkirakan harga batubara kembali akan menembus batas US$ 300 per ton. Selain karena larangan impor dari negara Uni Eropa, permintaan batubara dari China dan India juga masih tinggi.