ilmutambang.com – Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia mengungkapkan potensi Pemutusan Hak Kerja (PHK), khususnya pada sektor pertambangan batubara dalam negeri bukan terjadi karena adanya program transisi energi di dalam negeri.
Potensi PHK yang mungkin terjadi bahkan sebelum transisi energi dilakukan secara masif dalam negeri, pertama apabila permintaan ekspor batubara dari Indonesia ke China dan India mengalami penurunan yang drastis. Atau kedua yaitu, terjadi penurunan harga jual lebih rendah dari harga produksi, dan ketiga terjadi kelebihan pasokan batubara dalam negeri.
Ketiga hal tersebut merupakan potensi pemicu terjadinya PHK pekerja sektor pertambangan batubara dalam negeri. Namun dalam waktu dekat, belum terlihat adanya potensi yang dapat menyebabkan terjadinya PHK pekerja sektor pertambangan batubara.
Meskipun demikian pemerintah dan dunia industri harus terus mengantisipasi potensi terjadinya perubahan yang dapat membuat para pekerja sektor pertambangan batubara terancam.
Pada saat ini di seluruh dunia, diperkirakan ada 2,7 juta pekerja langsung di tambang batubara. Pada 2035 industri batubara diperkirakan akan kehilangan hampir setengah juta pekerjaan tersebut, yaitu rata-rata 100 pekerja per hari di-PHK.
Manajer Proyek Global Coal Mine Tracker, Dorothy Mei menyatakan transisi energi di dunia tak bisa menghindari adanya penutupan tambang-tambang batu bara di dunia, hal itu juga tentunya akan berdampak pada kondisi sosial para pekerjanya.
Maka dari itu, perencanaan transisi yang baik harus dilakukan seperti di Spanyol di mana pemerintahnya secara rutin meninjau dampak dekarbonisasi yang sedang berlangsung. Sehingga dapat membuat perencanaan strategi transisi energi yang adil.
Transisi energi memang sedang giat dilakukan namun hal ini bukan menjadi penyebab utama PHK di tambang batubara. Apalagi jika pemerintah dan industri mau melakukan strategi yang adil.