Dalam menjaga momentum pemulihan ekonomi Indonesia, dibutuhkan hilirisasi sumber daya mineral.
Hal ini untuk memastikan keberlanjutan dan inklusivitas pemulihan struktur ekonomi yang perlu terus diperkuat. Struktur neraca berjalan kuat itu didukung oleh sektor manufaktur.
Sektor manufaktur yang kuat hanya dapat dicapai dengan mengembangkan industri hilir bernilai tambah lebih tinggi, terutama untuk sumber daya mineral. Oleh sebab itu, hilirisasi sumber daya mineral diperlukan karena tiga alasan berikut ini:
Pertama, pengembangan industri hilir akan menciptakan nilai tambah yang lebih tinggi, sehingga mendukung ekspor dan membuat Indonesia lebih terhubung dengan rantai perekonomian global.
Kedua, penciptaan industri hilir akan mengurangi ketergantungan pada impor produk manufaktur mahal.
Ketiga, pelaksanaan industri dengan nilai tambah yang lebih tinggi itu akan membentuk keterkaitan industri pendukung dalam negeri, sehingga dapat mencapai pertumbuhan yang lebih inklusif.
Baca Juga: Hilirisasi Batubara di IKN Diklaim Datangkan Investor Global
Ketiga alasan tersebut mendasari kebijakan ekspor bahan baku yang telah dilaksanakan Pemerintah sejak tahun 2020.
Hilirisasi sumber daya mineral juga akan menguntungkan transisi menuju ekonomi yang lebih hijau. Mengingat ke depan produk industri hilir, seperti nikel menjadi pasokan utama bagi produk dan perekonomian yang mendukung transisi hijau
Pada 2021 secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 3,69% dan diperkirakan akan meningkat menjadi 4,7% sampai 5,5% pada 2022.