Indonesia ternyata tidak hanya menghasilkan emas dari usaha eksplorasi tambang saja, tetapi juga bisa dari tanaman. Tanaman penghasil emas ini banyak ditemukan di wilayah Indonesia bagian timur, khususnya Kalimantan, Sulawesi, Maluku hingga Papua.
Meski tidak menghasilkan emas secara langsung, namun tanaman ini dapat menyerap logam berat yang ada di tanah melalui rantai makanan secara biologis.
Tanaman ini memiliki mekanisme fisiologis yang membuat mereka mampu menyerap logam berat.
Hiperakumulator merupakan beberapa jenis tumbuhan yang mampu menyerap logam berat dalam jumlah besar di jaringannya. Tumbuhan itu dapat digunakan sebagai fitoremediasi, yaitu pembersih lingkungan.
Selain sebagai fitoremediasi, tanaman ini juga memiliki kemampuan sebagai fitomining, yaitu untuk menambang logam-logam, seperti emas, perak, nikel, platina dan talium.
Tanaman ini berkembang dan banyak ditemukan di daerah yang memiliki kandungan logam tinggi seperti tanah serpentin dan ultrabasa.
Baca Juga: Biosolubilisasi: Teknologi Pencairan Batubara Ramah Lingkungan
Salah satu jenis tanaman penghasil emas ini yaitu kelompok bayam-bayaman.
Namun demikian potensi tumbuhan hiperakumulator ini belum dimanfaatkan dan dikelola secara optimal.
Untuk itu perlu adanya perhatian berbagai pemangku kepentingan, supaya tanaman ini segera dapat kembangkan sebagai fitoremediasi dan fitomining.
Misalnya, pemanfaatan di sekitar tailing dam tambang emas PT Antam UBPE Pongkor. Hampir semua jenis tumbuhan tersebut mampu mengakumulasi emas meski dalam kadar rendah.