Krisis listrik yang tengah melanda Inggris dan beberapa negara Eropa lainnya membuat negara ini kembali menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batubara.
Hal ini menggambarkan bahwa Inggris dan negara Eropa lainnya belum bisa serta merta mengandalkan dan bergantung sepenuhnya pada energi terbarukan. Penggunaan gas sebagai salah satu energi pengganti batubara juga tidak cukup membantu.
Selain permintaan yang meningkat karena kegiatan ekonomi yang berangsur pulih, harga gas kini telah melonjak 250% karena keterbatasan pasokan akibat penghentian fasilitas produksi di Amerika Serikat hingga isu manipulasi perusahaan gas Rusia Gazprom untuk mendongkrak harga.
Inggris sendiri dengan adanya krisis gas yang mengakibatkan kelangkaan makanan lebih memilih untuk kembali menggunakan batubara.
Penggunaan energi terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Inggris yang juga terganggu akibat kondisi cuaca dan harga gas yang naik “gila-gilaan”, membuat Inggris cenderung beralih ke batubara karena ongkosnya yang lebih murah.
Perusahaan pembangkit listrik Inggris, Drax mengakui fasilitas PLTU berbasis batubara telah memenuhi peran penting dalam menjaga agar warga tidak mengalami krisis listrik saat sistem energi berada di bawah tekanan yang cukup besar.
Baca Juga : Batubara Indonesia Diekspor Terangi Negara Lain
Diketahui, krisis listrik yang melanda Inggris memang cukup mengkhawatirkan, hingga membuat beberapa industri memutuskan untuk menutup sementara pabriknya. The Guardian menyebut, Inggris menghabiskan lebih dari 86 juta pound sterling (sekitar Rp1,7 triliun) pada minggu lalu untuk menyalakan listrik.