Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan terdapat faktor ini yang sebabkan investasi migas 2020 terpuruk.
Pertama adalah harga minyak yang rendah, bahkan kondisi ini terjadi sejak sebelum pandemi Covid-19 menyerang, yang disebabkan kelebihan dari suplai.
Lalu, kondisi ini diperburuk dengan adanya pandemi Covid-19 yang membuat permintaan minyak turun.
“Jadi, memang ada dua hal yang memberatkan kondisi saat ini, pertama bahkan sebelum Covid, harga minyak sudah rendah karena banyaknya suplai. Lalu ada Covid-19, demand turun lagi, ini memperparah kondisi industri sampai hari-hari ini,” Ujar Tutuka, Senin (21/12/2020).
Tutuka menyebut, bukan perkara mudah menaikkan permintaan minyak dan ini tidak bisa dilakukan dengan cepat.
Bahkan, lanjutnya, permintaan minyak pada tahun ini diproyeksikan menurun hingga 35%.
“Nah penurunan demand ini yang memberatkan. Create demand tidak bisa cepat dan disinyalir sekitar 35% demand minyak turun (tahun ini),” jelas Tutuka.
Sementara dari sisi produksi minyak di dalam negeri menurutnya kini juga masih melandai di kisaran 700-an ribu barel per hari (bph).
Sehingga, untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri juga masih cukup berat.
Baca Juga: 5 Tambang Emas Terbesar Yang Ada di Indonesia
Namun demikian, menurutnya kondisi iklim investasi lebih baik terjadi pada gas, di mana potensi masih besar dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kebutuhan dalam negeri.
“Gas is better, minyak kita perlu kerja keras,” kata Tutuka.
Tak dipungkiri pandemi Covid-19 berimbas pada semua lini bisnis, terutama sektor minyak dan gas bumi (migas).
Pandemi ini pun berdampak pada melemahnya investasi di sektor migas pada 2020.