Harga Batubara Naik Turun – Harga batubara sempat naik akibat konflik Rusia-Ukraina. Sejak 24 Februari 2022, pertama kali perang pecah, peningkatan harga makin terasa.
Semenatar itu, perusahaan tambang di dalam negeri bereaksi dengan menambah produksi.
Pada Sabtu (5/3/2022) batubara di bursa ICE Newcastle diperdagangkan pada level US$418,75 per metrik ton.
Harga ini menguat 48,75 poin atau 13,18 persen dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya.
Tetapi, harga batubara sempat merosot 2,1 persen pada perdagangan hari berikutnya. Harga batu bara sempat naik tipis 0,3 persen pada Rabu (9/3/2022) sebelum amblas 13,8 persen pada Kamis (10/3/2022) dan turun 1,7 persen pada perdagangan Jumat (11/03/2022).
Meskipun harga batu bara anjlok, dalam sebulan terakhir harga batu bara masih mencatatkan lonjakan 53,6 persen secara point-to-point. Selama setahun terakhir, harga melambung 309,6 persen.
Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, mengatakan naik turunya harga batubara akibat pasar sudah mulai khawatir dengan tingginya harga batu bara mengingat harga nya telah menyentuh faktor psikologis.
Mamit mengatakan, harga batubara ke depannya diprediksi akan terus naik karena permintaan pasar masih tinggi di tengah terganggunya pasokan dari Rusia akibat konflik dengan Ukraina.
Faktor lain alasan harga batubara diprediksi naik disebabkan pasokan batubara dari Australia terganggu akibat banjir.
Pertambangan batubara di wilayah lembah Hunter utama di New South Wales (NSW) terendam banjir setelah hujan lebat yang terjadi pada awal pekan lalu sehingga diyakini akan mengurangi pasokan batubara dunia.
Melihat fenomena fluktuatif harga batubara, Mamit menyarankan agar meningkatkan produksi batubara demi menaikan ekspor Indonesia.
Baca Juga: Batubara Menjadi Tumpuan Transisi Energi di Tanah Air
Untuk diketahui, produksi batubara pada Januari mencapai 38,07 juta ton dengan realisasi ekspor sebanyak 6,11 juta ton, serta domestik sejumlah 12,13 juta ton.
Pada Februari turun tipis menjadi sekitar 35,19 juta ton. Dari jumlah ini, diperdagangkan ke pasar ekspor sebanyak 5,57 diekspor dan dalam negeri sebesar 6,50 juta ton.
Di sisi lain Mamit juga berpesan, ditengarai bahwa penguatan harga yang terjadi saat ini dipastikan bukan merupakan harga yang sifatnya fundamental.
Sehingga bukan tidak mungkin euforia harga saat ini hanya berlangsung untuk beberapa waktu saja.