ilmutambang.com – Harga batubara terus memanas dan kembali mendekati level psikologis yaitu US$ 400 per ton.
Pada perdagangan Kamis (20/10/2022), harga batubara kontrak November di pasar ICE Newcastle ditutup di angka US$ 396,15 per ton.
Harga si emas hitam ini menguat tipis 0,74 persen dibandingkan perdagangan hari sebelumnya, yakni di angka US$ 386,8 per ton.
Sejumlah faktor menopang naiknya harga batubara, di antaranya seperti banjir di Australia dan kembali naiknya harga gas alam di Eropa.
Pada Jumat (13/10/2022) Banjir melanda dua kantong produsen utama batu bara di Australia, yaitu negara bagian New South Wales dan Queensland. Bencana banjir ini tentu menyebabkan pasokan pengiriman batubara dari Australia terganggu.
Biro Meteorologi Australia telah mengeluarkan peringatan banjir untuk sejumlah wilayah, termasuk Lower Hunter dan Wollombi di New South Wales hingga akhir pekan ini.
Hujan deras juga diperkirakan akan melanda wilayah Bowen dan cekungan surat di negara bagian Australia. Australia setidaknya sudah menghadapi cuaca ekstrim sebanyak tiga kali pada tahun ini karena fenomena La Nina, yakni pada Maret, Juli, dan Oktober.
Australia merupakan eksportir terbesar batubara kokas dan eksportir terbesar batubara kedua untuk thermal, sehingga gangguan produksi dan distribusi dari negara Kangguru ini akan membuat pasokan global terancam.
Di sisi lain, Harga batubara juga terus memanas karena kembali meningkatnya harga gas alam di Eropa.
Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) melonjak 13 persen kemarin ke 127,15 euro per megawatt-jam (MWH). Harga gas kembali naik setelah produksi gas alam cair dari Norwegia melandai dari 345 juta meter kubik (mmc) per hari pada Agustus menjadi 303 mmc/hari pada September.