Indonesia mulai kembangkan teknologi Logam Tanah Jarang (LTJ) untuk persiapan eksplorasi potensi LTJ yang melimpah.
Seperti halnya di Afghanistan yang juga kaya akan potensi LTJ, Indonesia juga belum memiliki kapabilitas untuk mengembangkan potensi LTJ tersebut.
Di Afghanistan faktor keamanan, krisis politik, infrastruktur dan kekeringan berkepanjangan, membuat LTJ dan cadangan mineral lainnya menjadi sulit untuk di eksploitasi.
Padahal LTJ merupakan salah satu potensi yang jika dikembangkan akan menjadi komoditas penopang ekonomi negara yang sedang dilanda konflik.
Saat ini di Indonesia, Badan Geologi Kementerian ESDM telah rutin melakukan pengkajian untuk menemukan adanya indikasi sumber daya hipotesis LTJ.
Sumber daya hipotesis tersebut ditemukan pada sejumlah wilayah di Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Sulawesi per tahun 2019.
Di Pulau Sumatera terdapat 23 juta ton untuk tipe endapan LTJ Laterit dan 5 juta ton tipe tailings, wilayah Kalimantan sebesar 7 juta ton untuk tipe tailings dan wilayah Sulawesi sebesar 1,5 juta ton untuk tipe Laterit. Namun, angka tersebut belum dipastikan dan masih membutuhkan eksplorasi lanjutan.
Salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Timah Tbk, memberikan sinyal positif untuk siap mengeksplorasi LTJ.
Sekretaris Perusahaan PT Timah Abdullah Umar Baswedan mengatakan, bahwa pihaknya sedang mencari calon mitra untuk mengembangkan proyek ini.
PT Timah telah memiliki IUP yang terdapat LTJ dengan kandungan yang cukup tinggi, seperti monasit = 25,7 gr/m3 , xenotime = 3 gr/m3 , dan zircon 17,5 gr/m3. Faktor teknologi dan infrastruktur menjadi kendala dalam pengelolaan bijih itu sendiri.
Baca Juga : Pertimbangkan 6 Poin Ini untuk Regulasi LTJ
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) juga telah membangun prototype fasilitas pemisahan uranium, torium, dan LTJ yang diberi nama PLUTHO.
PT Rekayasa Industri (Rekind) sebagai perusahaan yang bergerak di bidang rancang bangun industri Engineering, procurement, construction, dan commissioning (EPCC), turut memberikan dukungan dengan bekerja sama dalam rangka menyusun studi kelayakan pengelolaan mineral radioaktif berbasis LTJ.