PT Indika Energy (INDY) kedepannya akan fokus memantapkan langkah untuk mengembangkan bisnis non batubara di tengah kondisi harga batubara yang mengalami penurunan signifikan karena pandemi Covid-19.
“Saat ini kami fokus pada pengembangan bisnis non batubara yaitu proyek emas di Sulawesi Selatan dan fuel storage di Kalimantan Timur,” kata Head of Corporate Communication Indika Energy Ricky Fernando.
Kendati demikian, Ricky sejauh ini belum bisa menjelaskan lebih rinci terkait pengembangan bisnis non batubara tersebut.
Di samping itu, Ricky menilai, minimnya pergerakan ekonomi dunia telah mempengaruhi permintaan batubara termasuk dari Tiongkok dan India yang tergolong konsumen terbesar dunia.
“Ini berdampak pada indeks batubara dan kami berharap keadaan bisa segera membaik,” ungkap Ricky.
Sebelumnya, dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), pemerintah telah menetapkan target pemanfaatan EBT sebanyak 23 persen dalam bauran energi nasional pada 2025. Di samping itu, berdasarkan proyek Kementerian ESDM penggunaan batubara di pasar global diperkirakan akan mengalami penurunan.
Prediksi buruknya, seiring dengan penurunan suhu di muka bumi mencapai 1,5 persen, maka konsumsi batubara bahkan bisa dikurangi sebesar 90 persen pada 2050. Akan tetapi, secara umum pada 2050 dunia akan menurunkan permintaan batubara 40 persen dari pada saat ini.
Baca Juga : Arsjad Rasjid Ajak Kaum Muda Jadi Penggerak Ekonomi Bangsa
Kondisi berkurangnya penggunaan batubara ini sepertinya telah dibaca oleh INDY dengan saksama. Emiten pertambangan batubara ini dalam laporan keuangan persero sukses membukukan pendapatan sebesar US$2,07 miliar. Namun, angka ini lebih rendah 25,3 persen daripada pendapatan 2019 sebesar US$2,78 miliar.
Faktor utama yang menyebabkan pendapatan ini berkurang adalah karena harga jual batubara rata-rata yang menurun sebesar 16,1 persen dari US$45,1 menjadi US$37,8 per ton pada 2020 dan volume penjualan yang juga berkurang sebesar 5,4 persen dari 34,9 juta ton menjadi 33 juta ton.