Penambangan komoditas batubara yang kerap kali dianggap menimbulkan permasalahan lingkungan dijawab dengan solusi oleh seorang Guru Besar Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung (FTI ITB) Profesor Dwiwahju Sasongko melalui temuannya yaitu, batubara Hibrida.
Menurutnya, banyaknya isu terkait pemanfaatan batubara tidak serta-merta membuat manusia meninggalkan penggunaan batubara sebagai bahan bakar. Hal ini dikarenakan batubara masih menjadi sumber energi utama bagi industri karena cadangannya yang berlimpah, biaya investasi peralatan yang lebih rendah, dan dukungan teknologi yang sudah mumpuni.
Dalam sebuah kesempatan Profesor Sasongko menjelaskan, pada tahun 2018 Indonesia memiliki cadangan batubara terbanyak ke-9 di dunia atau sekitar 2,2 persen dari seluruh cadangan batubara dunia. Kendati demikian, sekitar 80 persen cadangan batubara Indonesia termasuk batubara peringkat sedang dan rendah dengan nilai kalor kurang dari 5000 kilokalori/kilogram.Â
Baca Juga : LIPI: FABA Tidak Berbahaya dan Punya Nilai Ekonomi Tinggi
Ia memperkirakan, batubara dengan nilai kalor yang rendah ini masih sedikit atau belum dimanfaatkan. Selain itu, dengan produksi batubara di Indonesia yang lebih dari 400 juta ton per tahun, hanya sekitar 20 persen batubara yang dimanfaatkan untuk keperluan dalam negeri, sementara 80 persen lainnya diekspor ke luar negeri.
Selain memiliki banyak cadangan batubara peringkat sedang dan rendah yang masih kurang dimanfaatkan, Indonesia juga mempunyai potensi limbah biomassa yang banyak dan juga masih sedikit dimanfaatkan.Â