Semburan lumpur Lapindo yang belum berhenti selama 16 tahun disebut mengandung Logam tanah jarang (LTL/rare earth) yang terbilang mahal.
Logam tanah jarang di lumpur Lapindo, Sidoarjo Jawa Timur memiliki kandungan scandium dan litium yang lebih tinggi dibandingkan daerah lain. Berdasarkan analisis, ditemukan kandungan logam tanah jarang mencapai lebih dari 100 gram per satu kilogram tanah lumpur Lapindo.
Lalu, apa sih sebenarnya Logam Tanah Jarang?
Awalnya pada 1788, sebuah batu hitam yang tidak biasa ditemukan oleh seorang penambang di Ytterby, Swedia. Bijih itu disebut “rare (langka)” karena belum pernah terlihat sebelumnya. Pada 1794, ahli kimia Johan Gadolin menamai “earth (tanah)”.
Tambang di sekitar Ytterby mengekstraksi batuan yang menghasilkan empat elemen yang dinamai sesuai nama kota itu (yttrium, ytterbium, terbium, dan erbium).
Pada tahun 1803, elemen individu yang berhasil diisolasi adalah cerium. Selanjutnya, pada tahun 1907 ditemukan lutetium.
Lithium merupakan logam alkali pertama yang berada di golongan I tabel periodik. Logam ini tingkat keterdapatannya sangat rendah di kerak bumi, yakni mencapai 21 µg/g.
Di alam, lithium tidak ditemukan secara natural, melainkan umumnya didapatkan bersama mineral lainnya.
Logam tanah jarang bermanfaat untuk penggunaan teknologi tinggi, seperti pembuatan pesawat antariksa, semikonduktor, dan lampu teknologi tinggi. Beberapa elemen tanah jarang digunakan dalam penyulingan minyak dan tenaga nuklir.
Baca Juga: Pertambangan Berkelanjutan Berkontribusi Pada Peradaban
Logam tanah jarang merupakan 17 unsur kimia yang terjadi bersama-sama dan dalam tabel periodik, terletak di tengah tabel periodik (nomor atom 21, 39, dan 57-71).
Golongan ini terdiri dari itrium dan 15 elemen lantanida (lantanum, cerium, praseodymium, neodymium, promethium, samarium, europium, gadolinium, terbium, dysprosium, holmium, erbium, thulium, ytterbium, dan lutetium). Skandium ditemukan di sebagian besar endapan unsur rare earth dan kadang-kadang diklasifikasikan sebagai unsur rare earth.