Mengenal Risiko Profesi Penambang Bawah Tanah Saat Bekerja

Resiko Tambang Bawah Tanah
Tambang Bawah Tanah

Bekerja di tambang bawah tanah merupakan pekerjaan yang langka dan cenderung mempunyai tantangan tersendiri. Meskipun demikian, bekerja di tambang bawah tanah tetap menjadi incaran banyak orang.

Sudah menjadi rahasia umum, bekerja di tambah bawah tanah termasuk salah satu bidang pekerjaan ‘berbahaya’. Mengapa? Hal ini lantaran pekerjaan ini memiliki 2 risiko yang harus dihadapi para pekerja, yaitu keselamatan dan kesehatan.

Kawan Tambang penasaran risiko apa saja yang dihadapi pekerja tambang bawah tanah? Selengkapnya, simak penjelasannya di bawah ini:

1. Ruang Kerja Terbatas

Bekerja di tambang bawah tanah berarti bekerja di dalam terowongan. Ukuran terowongan tambang bawah tanah tidak besar, maka pekerja bekerja dalam lingkungan yang terbatas. Terbatasnya ruang kerja mempertinggi resiko kecelakaan dan kesehatan pekerja, seperti tertabrak alat berat.

Baca Artikel  Pesona Keindahan Wisata Bekas Tambang Arosbaya, Reliefnya Cantik

2. Cahaya Terbatas

Bekerja di dalam terowongan berarti bekerja tanpa cahaya matahari. Siang maupun malam hari tidak ada bedanya, maka cahaya datang dari lampu penerangan. Penerangan ini mengandalkan lampu kepala di helm para pekerja tambang. Jika lampu itu mati, maka gelap pekat.

3. Batuan Rapuh

Batuan rapuh merupakan sumber bahaya bagi para pekerja tambang bawah tanah. Batuan tersebut tiba-tiba saja dapat runtuh. Maka terowongan harus memiliki penyangga yang kuat dan pekerja harus mengikuti prosedur kerja yang telah ditetapkan.

4. Gas Berbahaya

Metana adalah gas yang lebih ringan dari udara, tak berbau, tak beracun dan tak berwarna. Metan terbentuk bersamaan dengan pembentukan batubara dan terdapat di semua lapisan batubara. Di lokasi tambang batubara bawah tanah, udara yang mengandung 5-15% metan dan sekurangnya 12.1 persen oksigen akan meledak jika terkena percikan api.

Baca Artikel  Ternyata Ini Perbedaan Job Desk Pengawas Operasional dan Teknis di Pertambangan

5. Debu

Debu dapat menimbulkan masalah kesehatan serius. Debu yang mengandung partikel silika, apabila mengendap dalam paru-paru dapat menyebabkan silikosis.

Maka terowongan tambang perlu menerapkan sistem ventilasi udara yang baik. Sehingga sirkulasi udara di terowongan lancar dan para pekerja harus menggunakan respirator (masker) sebagai alat pelindung kesehatan.

6. Gas Beracun

Apabila sirkulasi udara terowongan terbatas, maka gas-gas beracun tidak dapat terlepas ke atmosfer. Gas beracun itu antara lain CO, H2S, NOx dan SO2. Gas-gas ini dapat menyebabkan kematian jika melebihi ambang batas tertentu.

Kawan tambang, melalui kemajuan metode dan alat-alat pertambangan, berbagai resiko keselamatan dan kesehatan penambangan bawah tanah tersebut dapat dikurangi. Upaya mengurangi angka kecelakaan dan kesakitan ini melibatkan semua pihak, baik manajemen maupun pekerja itu sendiri. Perusahaan harus komit menjamin keselamatan dan kesehatan para pekerjanya.

Baca Artikel  Juara! Sektor Mineral Batubara Setor Rp224 Triliun ke APBN