Stop ekspor nikel mentah — Presiden Joko Widodo menaksir, melalui penghentian ekspor tambang nikel mentah dapat meningkatkan penerimaan negara secara signifikan. Rinciannya yakni sebesar US$20 miliar atau berkisar Rp250 triliun.
Presiden Jokowi berkomitmen menyetop ekspor komoditas tambang berupa bahan mentah. Hal ini bertujuan untuk mendorong nilai tambah bagi Indonesia.
Presiden menyatakan, dirinya tidak mempermasalahkan atas ancaman sejumlah negara untuk melayangkan gugatan melalui Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) setelah Pemerintah Indonesia menghentikan ekspor komoditas tambang mentah.
Jokowi meminta para pelaku di industri batubara diindustrialisasikan dan dihilirisasikan di dalam negeri agar memiliki nilai tambah.Â
Pemerintah Indonesia bertujuan untuk menghentikan ekspor tambang bukan dimaksudkan sebagai upaya untuk menutup diri maupun menghambat aktivitas ekonomi internasional. Presiden memastikan, Indonesia tetap terbuka untuk menerima investasi asing.
Untuk itu, Presiden Joko Widodo meminta seluruh pihak dapat membantu pemerintah mempercepat proses hilirisasi di industri tambang. Dengan demikian, Indonesia bisa mencicipi nilai tambah dari geliat ekspor komoditas tambang.
Baca Juga :Â STAL: Teknologi Nikel Ramah Lingkungan Karya Anak Bangsa
Di sisi lain, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, nikel dalam negeri disebut menjadi salah satu komoditas masa depan di tengah upaya dunia menekan emisi karbon dari bahan bakar fosil. Namun, beberapa kondisi harus diperbaiki untuk menopang industri tersebut. Â
Nikel, kata dia, akan semakin prospektif seiring dengan perkembangan industri kendaraan listrik. Saat ini, sejumlah negara mulai mengembangkan kendaraan berbahan bakar listrik. Beberapa di antaranya China dan Eropa.